Selasa, 30 Juni 2015

Esai - "Seyogyanya"


" Seyogyanya "


Siang kemarin saya hendak berkunjung ke rumah salah satu teman saya di daerah Bulak kapal, Bekasi timur. Di depan stasiun kota Bekasi, saya menunggu mobil Elf warna biru jurusan Bekasi-Cikarang. Tak berselang lama mobil yang saya tunggu pun melintas, saya segera naik ke dalam mobil, dan di dalam mobil tampak lengang, hanya ada saya dan pak sopir. Mungkin karena hari masih siang dan puasa juga, sehingga mobil sepi penumpang.

Mobil Elf yang saya tumpangi melaju pelan, terlebih lagi saat sampai di depan pasar baru Bekasi. Banyak angkot yang ngetem sembarangan di sepanjang jalan dan tampak pula orang yang berlalu lalang. Situasi lebih kacau lagi saat sampai di depan pintu keluar Terminal induk Bekasi. Bis, angkot, mobil pribadi, motor, semua bentrok di situ, saling serobot untuk mendahului. Tak terkecuali mobil Elf yang saya tumpangi, si sopir juga berusaha untuk mencari celah, menerobos di antara berjubelnya kendaraan. Saya hanya bisa duduk pasrah di jok mobil paling depan menyaksikan kejadian itu.

Mobil Elf yang saya tumpangi terjebak macet persis di sebelah pintu keluar terminal. Lagi-lagi saya cuma bisa pasrah dan mencoba "menikmati" kemacetan. Saya sandarkan badan sambil lihat kiri kanan, dan tak sengaja saya melihat sebuah bangunan di samping terminal mirip seperti rumah ibadah. Ya, ternyata bangunan tersebut adalah sebuah gereja. Persis di gerbang masuk gereja jelas terpampang sebuah spanduk berukuran 1 x 3 meteran yang bertuliskan; " GEREJA KRISTEN PASUNDAN BEKASI, MENGUCAPKAN SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA ". Saya coba amati lagi tulisan di spanduk tersebut, apakah benar yang saya baca tadi atau mata saya yang salah membacanya. Namun setelah saya lihat lagi dengan seksama ternyata tidak ada yang salah apa yang saya baca barusan. Pemandangan yang cukup menarik dan menggelitik hati saya. Spanduk tersebut menyiratkan sebuah pesan moral, dan juga menggambarkan sebuah rasa toleransi dalam beragama. Mereka yang non muslim pun sudi mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa bagi para saudara muslimnya yang sedang menjalankan ibadah puasa. Dan saya sebagai seorang muslim, merasa "di hormati" oleh mereka, saudara-saudaraku yang non muslim. Bahkan tidak menutup kemungkinan, ketika nanti mendekati hari raya Idul Fitri tiba, spanduk di gereja Pasundan tersebut mungkin akan di copot dan di gantikan dengan spanduk lain yang bertuliskan; " GEREJA KRISTEN PASUNDAN BEKASI, MENGUCAPKAN SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI, MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN ". Pemandangan ini tentu terlihat indah sekali karena terpampang di sebuah gereja. Yang mana kita tahu, gereja adalah tempat ibadahnya umat kristiani.

Inilah sikap yang harus kita bina dan pelihara, kita boleh saja beda dalam memeluk agama dan kepercayaan, tapi jangan sampai lupa bahwa kita sama-sama manusia, sama-sama ciptaan Tuhan, anak cucu Adam, kita juga satu nusa satu bangsa, dan sudah selayaknya untuk saling menghargai dan menghormati antar sesama. Apakah salah jika orang kristen mengucapkan selamat berpuasa kepada saudara muslimnya?' Apakah keliru, jika ada orang hindu mengucapkan selamat Idul Fitri bagi tetangganya yang merayakan hari raya?'  Menurut saya tidak ada yang salah dan keliru. Hal tersebut sah-sah saja untuk di lakukan. Saya seorang muslim, akan senang sekali rasanya jika ada teman, tetangga atau kerabat yang tidak seagama dengan saya, mau mengucapkan selamat berpuasa kepada saya. Tambah girang lagi jika mereka juga memberi selamat kepada saya, saat hari raya Idul Fitri tiba. Saya terima dengan rasa gembira atas ucapan selamat yang di berikan oleh saudaraku yang non muslim. Ada juga sebuah riwayat, yang menceritakan bahwa dahulu kanjeng nabi Muhammad SAW pun pernah menerima hadiah dari seorang Yahudi. Rasul menerima hadiah tersebut dengan senang hati karena beliau menghormati dan menjaga perasaan saudaranya yang Yahudi tersebut.
Maka tidak ada alasan buat saya atau anda, untuk tidak menghormati pemeluk agama lain. Jika kita mengaku muslim harusnya kita jauh lebih punya rasa empati, peduli dan toleransi terhadap saudara yang tidak seiman. Bukankah islam adalah agama yang " Rahmatan lil'alamiin" , kalau konteksnya lil'alamiin berarti merahmati seluruhnya tanpa kecuali, merahmati seluruh yang ada di alam semesta baik kepada makhluk yang hidup atau yang mati. Jadi saya atau anda belumlah menjadi seorang muslim jika belum berperilaku Rahmatan lil'alamiin.

Jika kita yang muslim di hormati oleh yang non muslim, maka seyogyanya kita harus jauh lebih menghormati kepada yang non muslim. Jika kita yang muslim di beri oleh saudara yang non muslim maka kita harus lebih banyak memberi ke mereka yang non muslim. Jika saya atau anda di beri ucapan selamat hari raya dan hadiah oleh sahabat yang non muslim maka saya atau anda pun "wajib" membalas untuk memberi selamat dan memberikan hadiah yang lebih kepada mereka. Itu menjadi salah satu cara dalam mempraktekkan makna Rahmatan lil'alamiin, mencoba untuk menghormati dan merahmati semuanya. Bukan berarti saya menjadi kristen jika saya memberi ucapan natal, bukan saya menjadi budha jika saya mengucapkan selamat waisak dan bukan pula jadi hindu jika saya mengucapkan selamat nyepi. Kita bungkus kesemua itu dengan kalimat lakum dinukum wali yadin (untukmu agamamu, untukkulah agamaku). Dengan begitu semoga akan tercipta kehidupan bermasyarakat yang berbhineka tunggal ika dalam kebersamaan.



Oleh

@MuhammadonaSetiawan




Jumat, 26 Juni 2015

Puisi - "Lalu kapan"


" Lalu kapan "



Jika yang kita miliki tak pernah hilang dan pergi, lalu kapan kita belajar tentang keikhlasan diri

Kalau yang kita inginkan selalu saja Dia berikan, lalu kapan kita belajar soal ikhtiar

Dan bila semua doa kita mesti di kabulkan, lalu kapan kita belajar arti sabar

Ikhlas, ikhtiar, sabar
Setiap manusia memiliki kadar yang berbeda
Dia hanya memberi sesuai kadarnya
Tak kan melebihi kemampuan hamba-Nya

Sepelik apapun masalah, akan jadi mudah jika percaya kekuatan-Nya
Sebanyak apapun persoalan, tak jadi soal jika yakin pada kebesaran-Nya
Percayalah dan yakinlah!




Bekasi, 26 Juni 2015



Karya
@MuhammadonaSetiawan


Senin, 22 Juni 2015

Cerpen - "Berlarilah"


" BERLARILAH "



Alkisah di sebuah hutan belantara di benua Afrika terdapat banyak species rusa dan singa yang mendiami belantara tersebut. Setiap pagi gerombolan rusa harus berusaha bangun lebih pagi dan berlari sekencang-kencangnya melebihi kencangnya singa berlari. Itu semua di lakukan hanya untuk satu tujuan yaitu menghindar dari terkaman para singa yang kelaparan mencari mangsa. Jika tidak ingin menjadi "korban" dan santapan para singa maka tidak ada cara lain yang bisa di lakukan oleh rusa selain bangun lebih pagi dan berlari pergi menghindar dari ancaman si raja hutan. Begitulah resiko yang mesti di tanggung seekor rusa yang hidup di hutan belantara.
Di tempat lain, kumpulan singa pun tak tinggal diam, mereka juga punya agenda khusus yang di lakukan setiap paginya, yaitu berusaha bangun lebih pagi dari gerombolan rusa dan berlari sekencang-kencangnya paling tidak kecepatan larinya menyamai dengan rusa yang paling lambat larinya dan itu semua di lakukan demi satu tujuan pula, yaitu untuk mendapatkan mangsa agar perutnya tidak kelaparan. Tentu kita semua tahu jika hewan rusa terkenal jago lari, mereka tentu tak ingin mati sia-sia menjadi santapan para singa lapar. Namun di sisi lain singa-singa buas itu pun tak mau mati kelaparan, maka mereka (singa) pun berusaha keras, berlatih setiap hari, berlari mengitari hutan 2 kali dalam sehari agar mereka bisa berlari kencang, mengejar, memangsa rusa untuk di jadikan hidangan "keluarga besar" nya.
Dan pada akhirnya inti dari kisah di atas adalah tak peduli apakah anda berpihak pada si rusa atau singa, tak jadi soal anda ingin menjadi  "rusa" atau "singa", tapi yang pasti adalah ketika matahari pagi telah menampakkan diri maka bangunlah, lalu berlarilah sekencang-kencangnya agar kau tak kelaparan dan mati sia-sia.




Bekasi, 26 Mei 2015



Oleh
@MuhammadonaSetiawan

Esai - "Yang berperang, yang merayakan"


" Yang berperang, yang merayakan "


Alhamdulillah, mungkin ungkapan itu yang paling pas untuk kita ucapkan sekarang ini. Ya, bersyukurlah sebab kita masih di beri hidup dan umur panjang sampai hari ini, sehingga kita khususnya umat muslim di perkenankan kembali untuk bertemu dengan bulan penuh berkah dan ampunan yaitu bulan suci Ramadhan 1436 H. Seperti kita ketahui bersama bahwa di bulan Ramadhan, umat muslim di seantero jagad ini di perintahkan untuk menunaikan ibadah puasa selama satu bulan penuh ( lihat Q.S. Al Baqarah; 183-185). Yang namanya perintah maka wajib hukumnya untuk di laksanakan, apalagi ini adalah perintah yang datangnya langsung dari Allah SWT, tuhan dan raja-Nya manusia, jadi sudah seharusnya kita yang merasa seorang hamba dan muslim harus mau dan mampu menunaikan perintah tersebut.

Puasa, mari kita coba untuk memaknai lebih arti ibadah yang satu ini. Puasa atau dalam bahasa arabnya adalah Ash syiam yang memiliki arti menahan diri. Yang paling mudah kita pahami adalah berpuasa berarti menahan diri dari lapar dan dahaga. Jika arti yang lebih luas lagi yaitu menahan diri dari lapar dahaga dan segala hal yang bisa merusak atau membatalkan ibadah puasa. Lebih detailnya lagi makna puasa meliputi menahan pandangan yang tidak halal untuk kita pandang, menahan pendengaran dari sesuatu yang tidak halal kita dengar, menjaga lisan dari ghibah, gunjing, dan fitnah serta menjaga perilaku dari hal-hal yang berbau maksiat dan mudharat.

Atau bisa juga kita artikan bahwa puasa ibarat sebuah "perang", yaitu perang melawan hawa nafsu diri kita sendiri. Kita lawan nafsu makan minum kita, kita lawan nafsu birahi kita, kita lawan nafsu serakah kita dan kita lawan semua yang di larang oleh syariat agama kita. Kita di gembleng sebulan lamanya untuk melawan hawa nafsu agar kita bisa menjadi manusia yang lebih baik sebagai seorang manusia.

Dan barang siapa yang berhasil berperang melawan hawa nafsunya maka ia berhak untuk meraih dan merayakan kemenangannya. Namun sayangnya, di tengah masyarakat kita sekarang ini masih banyak fenomena ironi yang terjadi. Banyak dari kita yang muslim, yang maaf tidak ikut berperang alias tidak berpuasa namun mereka turut serta merayakan hari raya. Banyak dari mereka yang tidak berpuasa di bulan Ramadhan namun saat hari raya Idul fitri tiba, mereka berbondong-bondong datang ke tanah lapang untuk mengikuti sholat I'd. Di mana sholat tersebut sebenarnya hanya sholat sunah saja. Puasa Ramadhan yang wajib malah di abaikan, namun yang sunah seakan di wajibkan. Usai sholat i'd mereka berbaur dengan keluarga, saudara, kerabat dan tetangga. Bersalam-salaman, bermaaf-maafan atau istilah lainnya berhalal bi halal. Kalau hanya untuk bermaaf-maafan ria, mohon maaf tidak usah menunggu hari raya tiba. Kapan pun kita bisa bersalaman dan bermaafan. Belum lagi setelah ritual sholat i'd dan halal bi halal selesai ada tradisi lagi yaitu berkumpul, bercengkrama dengan sanak saudara, makan bersama-sama seolah merayakan hari raya. Apa yang mau di rayakan jika saat ramadhan, kita tidak berbuat apa-apa, kita tidak berpuasa, kita tidak melakukan ibadah-ibadah sunah lainnya.
Yang pantas untuk berhari raya, ya cuma mereka yang telah berperang dalam puasa. Bagaimana mungkin kita berkesempatan untuk menang kalau kita tidak mendahuluinya dengan peperangan. Bukankah kemerdekaan bangsa kita ini dulunya juga di raih melalui perjuangan dan peperangan yang panjang. Tidak ada yang instan di muka bumi ini, sekali lagi jangan mengharap mencicipi manisnya kemenangan hari raya jika saya atau anda tidak terlebih dulu berperang dalam haus dan laparnya berpuasa.

Baginda nabi Muhammad SAW pun telah berpesan, bahwa bulan puasa adalah bulan yang mulia. Di buka seluasnya pintu-pintu surga, di tutup rapat semua pintu neraka. Setan dan kerabatnya pun di belenggu. Di lipat gandakan pahala atas amalan-amalan baik yang wajib maupun sunah. Di ijabah seluruh doa-doa dan di ampuni segala bentuk dosa. Segala macam aktivitas kita di bulan Ramadhan pun di labeli sebagai ibadah oleh Allah SWT. Jadi kurang apalagi, di bulan Ramadhan semua menjadi spesial dan istimewa. Maka tidak ada alasan lagi untuk kita yang mengaku muslim dan beriman untuk tidak mau turun langsung ke medan laga yang bernama Ramadhan, mengerahkan seluruh daya upaya untuk "berperang", mengisi setiap waktu dan kesempatan detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, hari demi hari dengan beribadah kepada-Nya. Mari kita pergunakan bulan suci ini dengan sebaik-baiknya. Kita lakukan segala aktivitas kita sehari-hari dengan menyebut nama-Nya, dengan melibatkan kekuatan-Nya agar semua itu menjadi ladang ibadah bagi kita.

Pada akhirnya, siapa yang berpuasa maka berhak untuk merayakan hari raya, barang siapa yang berperang maka ia berkesempatan meraih kemenangan. Dan semoga saya, anda, dan kita semua mampu untuk berjiba berperang di medan tempur Ramadhan kali ini sehingga kita semua di izinkan Allah SWT untuk kembali fitri dan mereguk indahnya kemenangan. Semoga




Jakarta, 18 Juni 2015


Oleh
@MuhammadonaSetiawan

Album With Good People (AWGP)










Puisi - " Ramadhan kali ini "

" Ramadhan kali ini  "



Ramadhan kali ini
Adalah momentum minta ampun
Atas dosa-dosa yang berjibun

Ramadhan kali ini
Saat yang tepat bermunajat
Agar doa dan harapan terangkat

Ramadhan kali ini
Waktu yang pas bermawas diri
Jernihkan akal, beningkan hati

Ramadhan kali ini
Jadi ajang tuk bercinta
Bermesra-mesra, berdua dengan-Nya



karya
@MuhammadonaSetiawan