Senin, 22 Juni 2015
Esai - "Yang berperang, yang merayakan"
" Yang berperang, yang merayakan "
Alhamdulillah, mungkin ungkapan itu yang paling pas untuk kita ucapkan sekarang ini. Ya, bersyukurlah sebab kita masih di beri hidup dan umur panjang sampai hari ini, sehingga kita khususnya umat muslim di perkenankan kembali untuk bertemu dengan bulan penuh berkah dan ampunan yaitu bulan suci Ramadhan 1436 H. Seperti kita ketahui bersama bahwa di bulan Ramadhan, umat muslim di seantero jagad ini di perintahkan untuk menunaikan ibadah puasa selama satu bulan penuh ( lihat Q.S. Al Baqarah; 183-185). Yang namanya perintah maka wajib hukumnya untuk di laksanakan, apalagi ini adalah perintah yang datangnya langsung dari Allah SWT, tuhan dan raja-Nya manusia, jadi sudah seharusnya kita yang merasa seorang hamba dan muslim harus mau dan mampu menunaikan perintah tersebut.
Puasa, mari kita coba untuk memaknai lebih arti ibadah yang satu ini. Puasa atau dalam bahasa arabnya adalah Ash syiam yang memiliki arti menahan diri. Yang paling mudah kita pahami adalah berpuasa berarti menahan diri dari lapar dan dahaga. Jika arti yang lebih luas lagi yaitu menahan diri dari lapar dahaga dan segala hal yang bisa merusak atau membatalkan ibadah puasa. Lebih detailnya lagi makna puasa meliputi menahan pandangan yang tidak halal untuk kita pandang, menahan pendengaran dari sesuatu yang tidak halal kita dengar, menjaga lisan dari ghibah, gunjing, dan fitnah serta menjaga perilaku dari hal-hal yang berbau maksiat dan mudharat.
Atau bisa juga kita artikan bahwa puasa ibarat sebuah "perang", yaitu perang melawan hawa nafsu diri kita sendiri. Kita lawan nafsu makan minum kita, kita lawan nafsu birahi kita, kita lawan nafsu serakah kita dan kita lawan semua yang di larang oleh syariat agama kita. Kita di gembleng sebulan lamanya untuk melawan hawa nafsu agar kita bisa menjadi manusia yang lebih baik sebagai seorang manusia.
Dan barang siapa yang berhasil berperang melawan hawa nafsunya maka ia berhak untuk meraih dan merayakan kemenangannya. Namun sayangnya, di tengah masyarakat kita sekarang ini masih banyak fenomena ironi yang terjadi. Banyak dari kita yang muslim, yang maaf tidak ikut berperang alias tidak berpuasa namun mereka turut serta merayakan hari raya. Banyak dari mereka yang tidak berpuasa di bulan Ramadhan namun saat hari raya Idul fitri tiba, mereka berbondong-bondong datang ke tanah lapang untuk mengikuti sholat I'd. Di mana sholat tersebut sebenarnya hanya sholat sunah saja. Puasa Ramadhan yang wajib malah di abaikan, namun yang sunah seakan di wajibkan. Usai sholat i'd mereka berbaur dengan keluarga, saudara, kerabat dan tetangga. Bersalam-salaman, bermaaf-maafan atau istilah lainnya berhalal bi halal. Kalau hanya untuk bermaaf-maafan ria, mohon maaf tidak usah menunggu hari raya tiba. Kapan pun kita bisa bersalaman dan bermaafan. Belum lagi setelah ritual sholat i'd dan halal bi halal selesai ada tradisi lagi yaitu berkumpul, bercengkrama dengan sanak saudara, makan bersama-sama seolah merayakan hari raya. Apa yang mau di rayakan jika saat ramadhan, kita tidak berbuat apa-apa, kita tidak berpuasa, kita tidak melakukan ibadah-ibadah sunah lainnya.
Yang pantas untuk berhari raya, ya cuma mereka yang telah berperang dalam puasa. Bagaimana mungkin kita berkesempatan untuk menang kalau kita tidak mendahuluinya dengan peperangan. Bukankah kemerdekaan bangsa kita ini dulunya juga di raih melalui perjuangan dan peperangan yang panjang. Tidak ada yang instan di muka bumi ini, sekali lagi jangan mengharap mencicipi manisnya kemenangan hari raya jika saya atau anda tidak terlebih dulu berperang dalam haus dan laparnya berpuasa.
Baginda nabi Muhammad SAW pun telah berpesan, bahwa bulan puasa adalah bulan yang mulia. Di buka seluasnya pintu-pintu surga, di tutup rapat semua pintu neraka. Setan dan kerabatnya pun di belenggu. Di lipat gandakan pahala atas amalan-amalan baik yang wajib maupun sunah. Di ijabah seluruh doa-doa dan di ampuni segala bentuk dosa. Segala macam aktivitas kita di bulan Ramadhan pun di labeli sebagai ibadah oleh Allah SWT. Jadi kurang apalagi, di bulan Ramadhan semua menjadi spesial dan istimewa. Maka tidak ada alasan lagi untuk kita yang mengaku muslim dan beriman untuk tidak mau turun langsung ke medan laga yang bernama Ramadhan, mengerahkan seluruh daya upaya untuk "berperang", mengisi setiap waktu dan kesempatan detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, hari demi hari dengan beribadah kepada-Nya. Mari kita pergunakan bulan suci ini dengan sebaik-baiknya. Kita lakukan segala aktivitas kita sehari-hari dengan menyebut nama-Nya, dengan melibatkan kekuatan-Nya agar semua itu menjadi ladang ibadah bagi kita.
Pada akhirnya, siapa yang berpuasa maka berhak untuk merayakan hari raya, barang siapa yang berperang maka ia berkesempatan meraih kemenangan. Dan semoga saya, anda, dan kita semua mampu untuk berjiba berperang di medan tempur Ramadhan kali ini sehingga kita semua di izinkan Allah SWT untuk kembali fitri dan mereguk indahnya kemenangan. Semoga
Jakarta, 18 Juni 2015
Oleh
@MuhammadonaSetiawan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar