"Tembikar Usang"
Betapa naifnya rasaku, ingin selalu merasa benar di mata mereka sedangkan kebenaran Ayat-Ayat-Mu saja sering di ingkari.
Betapa piciknya keinginanku, selalu ingin di hargai mereka sedangkan sumber Nikmat-Mu acap di abaikan.
Betapa kurangajarnya aku, ingin selalu di anggap baik di depan mereka sedangkan Asmaul HusnaMu kerap di lupakan.
Para UtusanMu yang baik dan maqsum sering di jahati
Muhammad kekasihMu di lempar kotoran, batu, di ludahi di caci maki
IbrahimMu di dera bara api
YusufMu di jebak di penjarakan
YunusMu nyaris meregang nyawa di tengah luas samudera
Maka aku lebih layak di sakiti
Maka aku lebih pantas di zhalimi
Maka aku lebih patut di aniaya
Karena aku bukan nabi, bukan orang suci
Mendekatipun tidak sama sekali
Yaa Ghafuur Ya Rahim
Engkau Maha Perkasa dan aku tak berdaya
Engkau Maha Mulia dan aku tak berharga
Engkau Maha Megah dan aku lusuh selusuh-lusuhnya
Engkaulah raja di atas raja dan aku jelata
Aku tak ubahnya tembikar usang
Kering terasing lapuk merapuh
Berlumur bercak dan debu tebal
Di sisa waktu yang sekejap ini
Ku mohon basuhan ampunanMu
Ku harap cahaya petunjukMu
Tunjukilah kami menuju jalan lurusMu
Karya
@MuhammadonaSetiawan
Minggu, 30 Agustus 2015
Esai - "Setengah Syahadat"
" Setengah Syahadat "
Saya adalah seorang muslim. Tuhan saya adalah Allah SWT yang Esa. Junjungan sekaligus idola saya adalah baginda Nabi Muhammad SAW. Namun mohon maaf dengan sangat, saya bukanlah orang NU, bukan Muhammadiyah, bukan MTA, LDII, Jahulah, Jamaah Tabligh dan juga bukan termasuk golongan/aliran yang lainnya. Saya hanya bersaksi dan mengimani Allah dan rasulNya saja. Namun sungguh saya sangat mencintai dan menghormati saudara-saudaraku semua, apapun golongannya, apapun latar belakangnya. Entah dia NU, Muhammadiyah atau apapun "merk" nya saya tidak peduli. Bagi saya mereka adalah sama dan saudara, dan saya berusaha untuk mencintai mereka semua.
Demikian pula kepada teman/saudara yang tidak seagama, saya pun mencintai mereka tanpa membedakan. Baik dia pemeluk agama kristen, hindu, budha atau konghucu, saya tulus mencintainya. Bahkan orang yang tidak beragama sekalipun atau orang bilang "abangan", saya juga akan mencintainya. Lohh kok begitu, apa nggak salah tuh! Masak orang nggak punya agama di cintai, kan dia nggak percaya kalau tuhan itu ada, jadi orang model kayak begini nggak pantes untuk di cintai.
Orang abangan atau orang yang tidak beragama dan tidak mengakui tuhan itu ada, sebenarnya dia sudah melaksanakan setengah dari syahadat. Kok bisa, maksudnya bagaimana? Begini; bunyi kalimat syahadat pertama adalah "Asyhadu alla ilaha illalah" yang artinya aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah. Jika ada orang yang menganggap tuhan itu tidak ada maka orang tersebut telah mengucap; "Asyhadu alla ilaha" yang artinya aku bersaksi bahwa tiada tuhan. Bukankah ungkapan tersebut merupakan setengah dari kalimat syahadat?? Lalu bagaimana mungkin saya tidak mencintainya, karena orang yang menganggap tuhan itu tidak ada, secara tidak langsung mereka pun telah "setengah" bersyahadat.
Jadi tolong jangan membencinya, jangan memusuhinya, apalagi menuduh sesat mereka. Kalau mereka di benci, di musuhi justru mereka akan "lari" menjauh dari syahadat. Tugas kita hanyalah satu, mengajak mereka dengan penuh cinta dan kelembutan, tanpa paksa dan dakwa agar mereka mau dan sedia "melanjutkan" kalimat syahadatnya, menjadi "Asyhadu alla ilaha illalah wa Asyhadu anna Muhammadarasullullah". Dengan begitu mereka InsyaAllah akan "komplit" bersyahadat. Bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah rasul utusan Allah. Cintailah mereka, rangkullah mereka semua tanpa memandang siapa dia, apa agama dan golongannya. Islam adalah kata kerja, bukan kata benda yang kaku, ia "luwes" bisa masuk dan menyentuh pada ruang apa saja.
Oleh
@MuhammadonaSetiawan
Saya adalah seorang muslim. Tuhan saya adalah Allah SWT yang Esa. Junjungan sekaligus idola saya adalah baginda Nabi Muhammad SAW. Namun mohon maaf dengan sangat, saya bukanlah orang NU, bukan Muhammadiyah, bukan MTA, LDII, Jahulah, Jamaah Tabligh dan juga bukan termasuk golongan/aliran yang lainnya. Saya hanya bersaksi dan mengimani Allah dan rasulNya saja. Namun sungguh saya sangat mencintai dan menghormati saudara-saudaraku semua, apapun golongannya, apapun latar belakangnya. Entah dia NU, Muhammadiyah atau apapun "merk" nya saya tidak peduli. Bagi saya mereka adalah sama dan saudara, dan saya berusaha untuk mencintai mereka semua.
Demikian pula kepada teman/saudara yang tidak seagama, saya pun mencintai mereka tanpa membedakan. Baik dia pemeluk agama kristen, hindu, budha atau konghucu, saya tulus mencintainya. Bahkan orang yang tidak beragama sekalipun atau orang bilang "abangan", saya juga akan mencintainya. Lohh kok begitu, apa nggak salah tuh! Masak orang nggak punya agama di cintai, kan dia nggak percaya kalau tuhan itu ada, jadi orang model kayak begini nggak pantes untuk di cintai.
Orang abangan atau orang yang tidak beragama dan tidak mengakui tuhan itu ada, sebenarnya dia sudah melaksanakan setengah dari syahadat. Kok bisa, maksudnya bagaimana? Begini; bunyi kalimat syahadat pertama adalah "Asyhadu alla ilaha illalah" yang artinya aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah. Jika ada orang yang menganggap tuhan itu tidak ada maka orang tersebut telah mengucap; "Asyhadu alla ilaha" yang artinya aku bersaksi bahwa tiada tuhan. Bukankah ungkapan tersebut merupakan setengah dari kalimat syahadat?? Lalu bagaimana mungkin saya tidak mencintainya, karena orang yang menganggap tuhan itu tidak ada, secara tidak langsung mereka pun telah "setengah" bersyahadat.
Jadi tolong jangan membencinya, jangan memusuhinya, apalagi menuduh sesat mereka. Kalau mereka di benci, di musuhi justru mereka akan "lari" menjauh dari syahadat. Tugas kita hanyalah satu, mengajak mereka dengan penuh cinta dan kelembutan, tanpa paksa dan dakwa agar mereka mau dan sedia "melanjutkan" kalimat syahadatnya, menjadi "Asyhadu alla ilaha illalah wa Asyhadu anna Muhammadarasullullah". Dengan begitu mereka InsyaAllah akan "komplit" bersyahadat. Bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah rasul utusan Allah. Cintailah mereka, rangkullah mereka semua tanpa memandang siapa dia, apa agama dan golongannya. Islam adalah kata kerja, bukan kata benda yang kaku, ia "luwes" bisa masuk dan menyentuh pada ruang apa saja.
Oleh
@MuhammadonaSetiawan
Jumat, 28 Agustus 2015
Esai- "Filosofi Sepakbola"
" Filosofi Sepakbola "
Jika anda mengerti tentang filosofi dalam bermain sepakbola maka anda pun akan mampu menjalani realita hidup di dunia ini dengan peran apapun. Hidup di dunia tak ubahnya sebuah permainan, seperti halnya dalam pertandingan sepakbola, di mana setiap pemain atau tim memiliki tujuan akhir yang sama yaitu mencetak gol demi satu kata, kemenangan! Tentu perlu strategi jitu, latihan keras dan kerjasama semua lapisan tim untuk bisa meraih sebuah kemenangan. Dan tidak boleh berhenti berlari sampai peluit panjang di bunyikan tanda berakhirnya sebuah pertandingan.
Dalam mengolah si kulit bundar, kita tidaklah bermain sendirian. Kita butuh kawan untuk bahu membahu saling bantu untuk memudahkan kita menceploskan bola ke gawang. Di perlukan kerjasama yang apik antar pemain dan posisi dalam sebuah tim kesebelasan jika ingin menjadi pemenang. Dan yang tidak boleh kita lupakan adalah jika ada kawan sudah pasti ada lawan. Untuk memburu sebuah gol memang bukanlah perkara mudah, sebab usaha kita akan di halang-halangi oleh lawan kita yang jumlahnya sama dan punya tujuan yang sama pula. Oleh sebab itu tidak ada cara lain selain mengerahkan seluruh tenaga dan kemampuan kita guna merengkuh trofi juara di ujung laga.
Dalam kehidupan di dunia nyata, kita juga punya kawan dan lawan. Kawan kita adalah orang-orang yang ada di sekitar kita yang bersedia untuk mendukung dan membantu kita, bisa keluarga, saudara, sahabat atau juga tetangga. Sedangkan yang menjadi lawan kita adalah hawa nafsu dalam diri dan segala hal yang bisa menjatuhkan langkah dan menjerumuskan hidup kita.
Meskipun kita telah berusaha dengan cara yang baik untuk mencetak gol tanpa ada niat untuk mencederai siapapun, namun tak menutup kemungkinan orang lain atau lawan kita lah yang akan berlaku curang untuk menjegal laju kita. Hal ini jika dalam sepakbola di namakan "pelanggaran" dan yang melanggar akan di hadiahi kartu kuning atau peringatan dari sang pengadil lapangan. Jika kemudian masih melakukan pelanggaran lagi maka si pelanggar akan di ganjar dengan kartu kuning kedua yang otomatis menjadi kartu merah itu artinya wasit akan mengusir si pelanggar untuk keluar dari arena pertandingan. Dengan kata lain kartu merah adalah sebuah simbol "dosa besar" yang haram di lakukan dalam sebuah pertandingan sepakbola.
Pun dalam hidup ini, meski kita sudah bersikap baik kepada siapapun, kapanpun dan di manapun, tak jarang pula banyak dari mereka (lawan) yang berupaya untuk melukai bahkan ingin mencelakakan kita. Namun, kita jangan marah dan gegabah, tetaplah menjadi pemain yang baik dan sportif, anda tidak perlu membalas kecurangan atau pelanggaran dari lawan anda, sebab sudah ada "wasit" pengawas pertandingan yang mengawasi semua gerak-gerik kita. Biarlah sang wasit yang akan memberi kartu peringatan kepada si pelanggar atau mereka yang bertindak curang. Kewajiban kita sebagai pemain hanya satu yaitu berjuang keras dan bekerja sama sebaik mungkin dengan tim kita untuk bisa mencetak GOL sebanyak-banyaknya, demi sebuah kemenangan. Dan bila kita terjatuh oleh jegal lawan tak usah bereaksi berlebihan, karena aksi dan reaksi dalam sepakbola adalah tindakan yang sama-sama akan di tegur oleh wasit. Bangkit saja dari jatuhmu, lalu berlari kembali untuk menuntaskan misi merengkuh hasil manis di akhir pertandingan.
Sekali lagi perlu kita sadari, bahwa dalam kehidupan nyata kita sehari-hari pun kita terus di awasi oleh sang pengawas, dialah "wasit" kehidupan yang terus menerus mengamati segala perbuatan kita. Baik buruk tingkah laku kita, semua tak ada yang luput dari pengawasanNya. Terakhir yang harus kita ingat dan catat adalah bahwa kita terlahir di dunia ini untuk menjadi pemenang, maka berjuanglah untuk menjadi sang pemenang. Dan kemenangan yang terbaik bukanlah dalam pertandingan sepakbola, kemenangan yang sejati juga bukan di alam dunia, namun kemenangan yang terbaik dan sejati adalah "kemenangan" di akhir sana.
Oleh
@MuhammadonaSetiawan
Jika anda mengerti tentang filosofi dalam bermain sepakbola maka anda pun akan mampu menjalani realita hidup di dunia ini dengan peran apapun. Hidup di dunia tak ubahnya sebuah permainan, seperti halnya dalam pertandingan sepakbola, di mana setiap pemain atau tim memiliki tujuan akhir yang sama yaitu mencetak gol demi satu kata, kemenangan! Tentu perlu strategi jitu, latihan keras dan kerjasama semua lapisan tim untuk bisa meraih sebuah kemenangan. Dan tidak boleh berhenti berlari sampai peluit panjang di bunyikan tanda berakhirnya sebuah pertandingan.
Dalam mengolah si kulit bundar, kita tidaklah bermain sendirian. Kita butuh kawan untuk bahu membahu saling bantu untuk memudahkan kita menceploskan bola ke gawang. Di perlukan kerjasama yang apik antar pemain dan posisi dalam sebuah tim kesebelasan jika ingin menjadi pemenang. Dan yang tidak boleh kita lupakan adalah jika ada kawan sudah pasti ada lawan. Untuk memburu sebuah gol memang bukanlah perkara mudah, sebab usaha kita akan di halang-halangi oleh lawan kita yang jumlahnya sama dan punya tujuan yang sama pula. Oleh sebab itu tidak ada cara lain selain mengerahkan seluruh tenaga dan kemampuan kita guna merengkuh trofi juara di ujung laga.
Dalam kehidupan di dunia nyata, kita juga punya kawan dan lawan. Kawan kita adalah orang-orang yang ada di sekitar kita yang bersedia untuk mendukung dan membantu kita, bisa keluarga, saudara, sahabat atau juga tetangga. Sedangkan yang menjadi lawan kita adalah hawa nafsu dalam diri dan segala hal yang bisa menjatuhkan langkah dan menjerumuskan hidup kita.
Meskipun kita telah berusaha dengan cara yang baik untuk mencetak gol tanpa ada niat untuk mencederai siapapun, namun tak menutup kemungkinan orang lain atau lawan kita lah yang akan berlaku curang untuk menjegal laju kita. Hal ini jika dalam sepakbola di namakan "pelanggaran" dan yang melanggar akan di hadiahi kartu kuning atau peringatan dari sang pengadil lapangan. Jika kemudian masih melakukan pelanggaran lagi maka si pelanggar akan di ganjar dengan kartu kuning kedua yang otomatis menjadi kartu merah itu artinya wasit akan mengusir si pelanggar untuk keluar dari arena pertandingan. Dengan kata lain kartu merah adalah sebuah simbol "dosa besar" yang haram di lakukan dalam sebuah pertandingan sepakbola.
Pun dalam hidup ini, meski kita sudah bersikap baik kepada siapapun, kapanpun dan di manapun, tak jarang pula banyak dari mereka (lawan) yang berupaya untuk melukai bahkan ingin mencelakakan kita. Namun, kita jangan marah dan gegabah, tetaplah menjadi pemain yang baik dan sportif, anda tidak perlu membalas kecurangan atau pelanggaran dari lawan anda, sebab sudah ada "wasit" pengawas pertandingan yang mengawasi semua gerak-gerik kita. Biarlah sang wasit yang akan memberi kartu peringatan kepada si pelanggar atau mereka yang bertindak curang. Kewajiban kita sebagai pemain hanya satu yaitu berjuang keras dan bekerja sama sebaik mungkin dengan tim kita untuk bisa mencetak GOL sebanyak-banyaknya, demi sebuah kemenangan. Dan bila kita terjatuh oleh jegal lawan tak usah bereaksi berlebihan, karena aksi dan reaksi dalam sepakbola adalah tindakan yang sama-sama akan di tegur oleh wasit. Bangkit saja dari jatuhmu, lalu berlari kembali untuk menuntaskan misi merengkuh hasil manis di akhir pertandingan.
Sekali lagi perlu kita sadari, bahwa dalam kehidupan nyata kita sehari-hari pun kita terus di awasi oleh sang pengawas, dialah "wasit" kehidupan yang terus menerus mengamati segala perbuatan kita. Baik buruk tingkah laku kita, semua tak ada yang luput dari pengawasanNya. Terakhir yang harus kita ingat dan catat adalah bahwa kita terlahir di dunia ini untuk menjadi pemenang, maka berjuanglah untuk menjadi sang pemenang. Dan kemenangan yang terbaik bukanlah dalam pertandingan sepakbola, kemenangan yang sejati juga bukan di alam dunia, namun kemenangan yang terbaik dan sejati adalah "kemenangan" di akhir sana.
Oleh
@MuhammadonaSetiawan
Kamis, 27 Agustus 2015
Puisi - "Mudah bagiMu"
" Mudah bagiMu "
Mauku belum tentu mauMu
MauMu pasti jadi mauku
Kehendakku tak selalu sama kehendakMu
KehendakMu pasti sama dengan kehendakku
Sulit bagiku, mudah bagiMu
Berat bagiku, ringan bagiMu
Mustahil bagiku, mungkin bagiMu
Mudah bagiMu memberi atau mencabut
Mudah bagiMu melapangkan atau menyempitkan
Mudah bagiMu memuliakan atau menghinakan
Semoga,
Doa yang tak terdengar yang di dengar
Doa yang tak dikenali di ijabahi
Doa yang tersirat akan terangkat
Doa yang diam-diam lebih di kabulkan
Karya
@MuhammadonaSetiawan
Mauku belum tentu mauMu
MauMu pasti jadi mauku
Kehendakku tak selalu sama kehendakMu
KehendakMu pasti sama dengan kehendakku
Sulit bagiku, mudah bagiMu
Berat bagiku, ringan bagiMu
Mustahil bagiku, mungkin bagiMu
Mudah bagiMu memberi atau mencabut
Mudah bagiMu melapangkan atau menyempitkan
Mudah bagiMu memuliakan atau menghinakan
Semoga,
Doa yang tak terdengar yang di dengar
Doa yang tak dikenali di ijabahi
Doa yang tersirat akan terangkat
Doa yang diam-diam lebih di kabulkan
Karya
@MuhammadonaSetiawan
Rabu, 26 Agustus 2015
Esai - "Satu soal"
" Satu soal "
Selama ini adalah salahku sendiri, salah dalam memandang dan menjalani episode hidup ini. Ingin ini, ingin itu, harus gini, harus gitu, dan semua harus sesuai dengan mauku. Aku bukan yang punya hidup, kenapa semua harus sesuai mauku, siapa aku?' Aku hidup karena di hidupkan, bukan karena mauku sendiri, jadi sudah semestinya aku "nurut" kepada yang menghidupkanku.
Dan seiring perjalanan waktu, aku pun mulai tersadar. Serasa ada yang keras "menamparku", mengingatkan siapa hakikatnya aku. Ilmu, pengalaman, orangtua, teman, anugerah, musibah semua itu adalah "guru" yang mengajariku tentang hidup. Ternyata hidup di dunia ini sederhana sekali, iya simple. Namun dirikulah yang membuat rumit sendiri. Aku sok atur-atur jalanku sendiri, sok menentukan kehidupanku sendiri padahal sekali lagi bahwa aku bukan yang punya hidup tapi aku di hidupkan.
Kini semakin ku pahami, hampir 15 tahun aku bertarung dengan waktu, bergelut dengan hidup. Dan aku kalah, tumbang tak berdaya menaklukkannya. Yang seharusnya hal tersebut memang tak perlu ku lakukan. Aku hanya perlu "bersahabat" dengan waktu dan bijak terhadap hidup. Hidup itu simple, sederhana dan sementara. Dalam hidup hanya terdiri 1 soal, ya cukup 1 soal saja yaitu bersyukur. Ya, kita cukup mengerjakan 1 soal itu, simple kan??
Apapun yang ada pada kita harus di syukuri, apapun yang terjadi pada kita pun wajib kita syukuri. Ya, bersyukur saja. Kita di beri mata, tanpa kita meminta mata sebelumnya, kita di beri telinga, tanpa kita memintanya juga. Dengan mata kita bisa melihat warna-warni dunia. Dengan telinga kita bisa mendengar segala macam suara. Dan semua yang ada dalam diri kita ini di beri secara "cuma-cuma" tanpa kita harus meminta dan membayarnya. Andai kita di beri uang oleh teman/orang lain maka sudah sewajarnya kita mengucapkan terimakasih pada orang itu. Apalagi jika kita di beri mata, telinga, tangan, kaki dan sebagainya maka rasa terimakasih kita hendaknya jauh lebih besar kita sampaikan kepada Yang Maha pemberi segalanya.
Kalau pun suatu ketika kita kehilangan sesuatu, misalkan barang A, jangan mengeluh karena kita kehilangan A. Berfikir positif saja, meski kehilangan barang A namun kita masih punya yang lain; barang B,C,D dan seterusnya. Atau misal barang A kita yang hilang tersebut siapa tahu akan di ganti dengan yang lebih baik, bisa A+ mungkin, double A mungkin, why not?.
Jadi hidup ini soal mau bersyukur atau tidak. Jika hidup ini senantiasa di hiasi dengan syukur maka hidup ini akan terasa mudah dan indah. Dan kita akan di tambah berkah melimpah sesuai janji-Nya. Dunia ini memang di desain sementara dengan konten yang sederhana pula yaitu cukup dengan mengerjakan satu soal; bersyukur.
Oleh
@MuhammadonaSetiawan
Selama ini adalah salahku sendiri, salah dalam memandang dan menjalani episode hidup ini. Ingin ini, ingin itu, harus gini, harus gitu, dan semua harus sesuai dengan mauku. Aku bukan yang punya hidup, kenapa semua harus sesuai mauku, siapa aku?' Aku hidup karena di hidupkan, bukan karena mauku sendiri, jadi sudah semestinya aku "nurut" kepada yang menghidupkanku.
Dan seiring perjalanan waktu, aku pun mulai tersadar. Serasa ada yang keras "menamparku", mengingatkan siapa hakikatnya aku. Ilmu, pengalaman, orangtua, teman, anugerah, musibah semua itu adalah "guru" yang mengajariku tentang hidup. Ternyata hidup di dunia ini sederhana sekali, iya simple. Namun dirikulah yang membuat rumit sendiri. Aku sok atur-atur jalanku sendiri, sok menentukan kehidupanku sendiri padahal sekali lagi bahwa aku bukan yang punya hidup tapi aku di hidupkan.
Kini semakin ku pahami, hampir 15 tahun aku bertarung dengan waktu, bergelut dengan hidup. Dan aku kalah, tumbang tak berdaya menaklukkannya. Yang seharusnya hal tersebut memang tak perlu ku lakukan. Aku hanya perlu "bersahabat" dengan waktu dan bijak terhadap hidup. Hidup itu simple, sederhana dan sementara. Dalam hidup hanya terdiri 1 soal, ya cukup 1 soal saja yaitu bersyukur. Ya, kita cukup mengerjakan 1 soal itu, simple kan??
Apapun yang ada pada kita harus di syukuri, apapun yang terjadi pada kita pun wajib kita syukuri. Ya, bersyukur saja. Kita di beri mata, tanpa kita meminta mata sebelumnya, kita di beri telinga, tanpa kita memintanya juga. Dengan mata kita bisa melihat warna-warni dunia. Dengan telinga kita bisa mendengar segala macam suara. Dan semua yang ada dalam diri kita ini di beri secara "cuma-cuma" tanpa kita harus meminta dan membayarnya. Andai kita di beri uang oleh teman/orang lain maka sudah sewajarnya kita mengucapkan terimakasih pada orang itu. Apalagi jika kita di beri mata, telinga, tangan, kaki dan sebagainya maka rasa terimakasih kita hendaknya jauh lebih besar kita sampaikan kepada Yang Maha pemberi segalanya.
Kalau pun suatu ketika kita kehilangan sesuatu, misalkan barang A, jangan mengeluh karena kita kehilangan A. Berfikir positif saja, meski kehilangan barang A namun kita masih punya yang lain; barang B,C,D dan seterusnya. Atau misal barang A kita yang hilang tersebut siapa tahu akan di ganti dengan yang lebih baik, bisa A+ mungkin, double A mungkin, why not?.
Jadi hidup ini soal mau bersyukur atau tidak. Jika hidup ini senantiasa di hiasi dengan syukur maka hidup ini akan terasa mudah dan indah. Dan kita akan di tambah berkah melimpah sesuai janji-Nya. Dunia ini memang di desain sementara dengan konten yang sederhana pula yaitu cukup dengan mengerjakan satu soal; bersyukur.
Oleh
@MuhammadonaSetiawan
Selasa, 25 Agustus 2015
Puisi - "Sama-sama"
" Sama-sama "
Pada sebatang tembakau aku bersuara, tak selalu racun di setiap hisap asapnya.
Pada secangkir kopi aku bercerita, tentang pahit yang tak selalu berarti sakit.
Hidup bukan untuk menuduh apalagi "membunuh"
Sama-sama kita mencari yang "paling" benar, paling tidak mendekatinya, dan jangan merasa diri paling benar.
Karya
@Muhammadona
Pada sebatang tembakau aku bersuara, tak selalu racun di setiap hisap asapnya.
Pada secangkir kopi aku bercerita, tentang pahit yang tak selalu berarti sakit.
Hidup bukan untuk menuduh apalagi "membunuh"
Sama-sama kita mencari yang "paling" benar, paling tidak mendekatinya, dan jangan merasa diri paling benar.
Karya
@Muhammadona
Sabtu, 22 Agustus 2015
Cerpen - "Sayap-sayap sunah"
" Sayap-sayap sunah "
Pada suatu sore di ujung pengkolan mesjid, terjadi obrolan seru antara Encang Sapei (62th) ame si Otong (17th). Begini ceritanye...
Encang ; Eh Tong, darimane lu?, pake sarung di kalungin leher sgale.
Otong ; Dari mesjid cang, pan tadi sholat Ashar nye barengan ame Encang.
Encang ; Masak, kok gue kagak liat.
Otong ; Tadi Encang di shaf depan, nah aye di belakang, ya pantes kalo kagak liat.
Encang ; Ohh..., eh tong, lu keburu kagak?'
Otong ; emang kenape cang?'
Encang ; Nggak, kalo lu nyante, ngopi sini aje dulu.., sambil kita main catur. Pegimane..,
Otong ; Hmmn, boleh-boleh..' (sambil menganggukkan kepala)
" (Encang Sapei dan Otong pada main catur sembari ngopi santai di warkop ujung mesjid) "
Encang ; Ehh tong, gue boleh kagak nanya ame lu...
Otong ; nanya apaan cang??'
Encang ; Lu dah sunat kan??
Otong ; Yaelahh cang, dari jaman SD aye ude di sunat keleus... (agak tersinggung)
Encang ; Hehee.., becanda tong.., jangan sewot gitu ahh.
Otong ; Lagian nanya kayak gitu.
Encang ; Iye, kalo kite ude di sunat, berarti kite wajib ngerjain sholat.
Otong ; Aye sholat cang, jangan salah!
Encang ; Pecaye gue, tapi sholat lu kagak bolong-bolong pan??
Otong ; Hehee..,, ya kadang-kadang bolong sih cang (nyengir)
Encang ; Kalo ude baliqh, sholat mah hukumnya wajib tong, jangan ampe di tinggalin.
Otong ; Iyee cang, iyeee, aye juga paham. (senyum kecut)
Encang ; Sekarang gue tanya, kalo sholat *juhur ade brape ra'kaat?"
Otong ; Lahh, begituan di tanyain, anak TK juga tahu cang.
Encang ; Coba, ada berape?" (mancing)
Otong ; Ade 4 kan, 4 ra'kaat.
Encang ; Pinter lu tong.., tapi kalo cuman 4 masih kurang tuh...
Otong: Kok bisa kurang.., kurang apenye cang?
Encang : Iyee, sholat juhur emang 4 ra'kaat, tapi itu masih kurang lengkap, baiknye 8 ra'kaat.
Otong ; (Bengong, garuk-garuk kepala)
Encang ; Lu kenape tong?'
Otong ; (Masih garuk-garuk) Aye nggak ngerti cang, kenape Encang bilang sholat juhur ade 8 ra'kaat, pegimane ceritanye...
Encang ; Begini tong, sholat juhur pan sholat wajib, nah sholat wajib entu seperti burung, die punye sayap namanye sunah, yaitu sholat sunah Qabliyah 2 ra'kaat sebelum juhur ame sholat sunah Bakdiyah 2 ra'kaat abis juhur, jadi totalnye ade 8 rakaat, 2+4+2 = 8.
Otong ; (manggut-manggut)
Encang ; Burung kalo nggak ade sayap bisa terbang kagak??
Otong ; Ya kagaklah.
Encang : Nah begitu perumpamaannye tong, kalo kite sholat juhur cuma 4 ra'kaat, kite kayak seekor burung tapi nggak punye sayap. Kalo kagak punye sayap, gimane burung bisa terbang...
Otong ; (mengernyitkan dahi sambil mikir)
Encang ; Tong.., tong.., lu denger pan ape yang gue bilang barusan, paham kan lu?'
Otong ; Iye cang, baru tahu aye soal sholat sunah, ape tadi...
Encang ; Sholat sunah 2 ra'kaat Qabliyah, itu di kerjain sebelum sholat wajib, sedangkan sholat sunah Bakdiyah di kerjain sesudah sholat wajib, 2 ra'kaat juga.
Otong ; Ohh gitu ya Cang.
Encang ; Maka nye biar kite bisa dapet burung dan sayapnye, kemudian bisa "terbang", ya kite usahain buat ngerjain sholat wajib di tambah ame sunahnye.
Otong ; Iye cang, aye usahain dah mulai sekarang.
Encang ; Siippp (mengacungkan jempol ke arah Otong)
gue jelasin sekalian tong, kalo sholat subuh entu cuma pake sunah Qabliyah 2 ra'kaat sebelum subuh. Ashar juga pake Qabliyah 2 ra'kaat. Maghrib itu cuma pake Bakdiyah doank, sedangkan isya' entu sama kayak juhur, pake Qabliyah dan Bakdiyah.
Otong ; (senyum-senyum) makasih ye cang atas ilmunye...
Encang ; Same-same tong.
"(Obrolan sore itu berkesudahan seiring adzan maghrib di kumandangkan) ".
NOTE ;
*Encang ; pakde
*Juhur ; sholat dhuhur ejaan orang betawi
*Qabliyah ; sholat sunah 2 ra'kaat sebelum sholat wajib
*Bakdiyah ; sholat sunah 2 ra'kaat sesudah sholat wajib.
Oleh
@MuhammadonaSetiawan
Langganan:
Postingan (Atom)