Minggu, 22 November 2015
Puisi - "Tuhan pun Berpuisi"
"Tuhan pun Berpuisi"
"Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?"
Kenapa Tuhan tidak bilang;
Ini semua nikmatKu, gila kalian jika mendustakan!
Tuhan tidak berkata demikian."
"Jangan dekati zina.."
Kenapa Tuhan tak bilang saja;
Manusia di larang berzina, titik!
Tuhan tidak bersikap demikian."
Sebab Tuhan berpuisi
Dia 'bicara' dengan kiasan
Sarat makna yang tersimpan
Sedang Tuhan pun berpuisi
Lalu kenapa kalian keras hati
Jadilah manusia 'puisi'
Sebarkan kasih-sayang dan keindahan.
@MuhammadonaSetiawan
Senin, 16 November 2015
Esai - " Sinau Lirik Letto "
" Sinau Lirik Letto "
Setiap mendengar lagu-lagu dari band Letto, entah kenapa selalu membuatku mengernyitkan dahi dan diam sejenak. Kernyitan dahiku adalah bentuk rasa heran dan ketidakfahamanku serta diamku adalah berfikir, mencoba memahami apa maksud dari setiap baris lirik yang tertulis. Buat saya memang tidak cukup sekali mendengar lagu Letto agar saya bisa tahu makna apa yang terkandung di dalamnya, perlu mendengar berulang-ulang kali agar saya mampu mencernanya, minimal itu versi saya. Itu semua tidak lepas dari seorang lelaki genius yang paling berperan dalam membuat lagu dan menulis lirik di hampir semua lagu karya Letto selama ini. Dialah Sabrang Mowo Damar Panuluh atau kita lebih mengenalnya dengan nama Noe Letto sang vocalis band asal Jogja tersebut.
Kepiawaian Noe dalam menulis lirik lagu memang sudah tidak di ragukan lagi, selain ia mengenyam dan lulus pendidikan perguruan tinggi di Canada, Noe lahir dan tumbuh di lingkungan keluarga yang agamis, berbudaya dan berintelektual tinggi. Seperti kita ketahui bersama di mana ayahanda Noe adalah seorang budayawan besar di Indonesia sekaligus sang kyai walaupun beliau tidak mau di sebut kyai. Emha Ainun Nadjib atau yang akrab di sapa Cak Nun sebagai seorang ayah telah mewarisi darah seni pada sang anak dan menularkan kecerdasan logika, kepekaan rasa dan nilai sosial.
Hampir semua lagu-lagu letto tersaji indah dan sarat makna. Ada beberapa nomor yang saya suka, baik dari sisi aransemen nada maupun bait lirik-liriknya, di antaranya; Sebelum cahaya, Sandaran hati, Memiliki kehilangan dan Fatwa hati. Tak di pungkiri memang jika sebuah lagu adalah bahasa yang universal, tidak ada ketentuan baku untuk menginterpretasikannya, setiap orang berhak untuk menilai dengan cara pandang mereka masing-masing. Begitu juga saya, di sini saya akan mencoba bertindak sebagai penikmat dan pelaku musik, saya akan coba memaparkan apa yang bisa saya tangkap di balik lirik lagu-lagu Letto versi kacamata saya pribadi.
Yang pertama adalah nomor Sebelum Cahaya, melihat judul lagu ini saja kita sudah di "paksa" untuk berfikir, ada dua kata pada judul di atas; sebelum dan cahaya, kata sebelum mungkin mudah untuk kita pahami tapi untuk kata cahaya, kita harus jeli menimbang-nimbang lagi, kata cahaya di atas mengandung banyak arti menurut saya, sebelum saya memaparkan makna lirik versi saya, mari kita baca dengan seksama penggalan lirik lagu "Sebelum cahaya" berikut ini;
*
Ku teringat hati yang bertabur mimpi, kemana kau pergi cinta
Perjalanan sunyi yang kau tempuh sendiri, kuatlah hati cinta
Reff
Ingatkah engkau kepada embun pagi bersahaja yang menemanimu sebelum cahaya
Ingatkah engkau kepada angin yang berhembus mesra
Yang kan membelaimu cinta
Kekuatan hati yang berpegang janji, genggamlah tanganku cinta
Ku takkan pergi meninggalkanmu sendiri, temani hatimu cinta
*
Menurut saya, lirik di atas menggambarkan tentang dialog antara dua kubu, yaitu Aku dan cinta, di mana Aku di sini sebagai Tuhan sedangkan cinta adalah makhluk yang di cintai Tuhan, lalu pertanyaannya adalah siapakah makhluk yang paling di cintai Tuhan?? Dan saya memilih satu nama yaitu baginda nabi besar Muhammad SAW sebagai makhluk yang paling di cintai oleh Allah SWT. Kemudian dalam sebuah malam Allah memperjalankan Baginda nabi dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa kemudian di naikkan menuju Sidratul Muntaha untuk mendapatkan wahyu langsung dari Allah tentang perintah sholat 5 waktu. Muhammad yang seorang manusia biasa tentu merasa takut saat perjalanan spiritual nan magis itu tapi Allah meyakinkan pada Nabi jika Dia (Allah) tidak akan membiarkan cinta-Nya sendiri, Dia kan selalu menemani perjalanannya. Jadi bisa saya simpulkan bahwa makna judul sebelum cahaya adalah sebuah malam buta sebelum munculnya cahaya yaitu sinar surya. Dan pada malam buta itu terjadi peristiwa maha penting ketika Rasul melakukan perjalanan sunyi yang kita kenal dengan istilah Isra' Miraj. Bagi saya sangat luar biasa makna yang tersirat dalam lirik lagu Sebelum cahaya.
Yang kedua adalah lagu berjudul Sandaran hati, kebanyakan dari kita jika bicara tentang sandaran hati atau sejenisnya maka kita selalu beranggapan jika yang di sebut sandaran hati adalah seorang kekasih hati atau pasangan hidup kita. Memang tidak ada yang salah dengan anggapan itu, namun lirik dalam lagu Sandaran hati dari Letto memiliki makna yang lebih dari itu, mari kita simak liriknya berikut ini;
**
Yakinkah ku berdiri di hampa tanpa tepi bolehkah aku mendengarmu
Terkubur dalam emosi tak bisa bersembunyi aku dan nafasku merindukanmu
Terpurukku di sini teraniaya sepi dan ku tahu pasti kau menemaniku
Dalam hidupku kesendirianku
Reff
Teringat ku teringat pada janjimu ku terikat hanya sekejap ku berdiri ku lakukan sepenuh hati
Peduli ku peduli siang dan malam yang berganti sedihku ini tak ada arti jika kaulah sandaran hati
Inikah yang kau mau benarkah ini jalanmu hanyalah engkau yang ku tuju
Pegang erat tanganku bimbing langkah kakiku aku hilang arah tanpa hadirmu
Dalam gelapnya malam hariku
**
Menurut saya lirik di atas lebih menjelaskan tentang seorang manusia sebagai hamba dan Allah sebagai Tuhan-Nya. Hidup di dunia ini tentu banyak lika-likunya, berbagai cobaan, ujian bahkan musibah seringkali menghampiri kita. Saat kita jatuh dan terpuruk dalam menjalani hidup maka hanya ada satu cara agar kita tetap bisa survive. Yaitu kembali mengingat, mengimani dan percaya bahwa tiada Tuhan selain Allah, Dialah yang menggenggam hidup, rezeki, jodoh dan mati kita. Kita ingat dan ikat hati kita dengan kalimat syahadat, lalu kita dirikan sholat pada siang dan malam dengan sepenuh hati sebagai bentuk penghambaan kita. Dan tak lupa terus berdoa memohon petunjuk agar langkah kaki kita di bimbing ke jalan lurus-Nya. Pada intinya segala kesedihan dan kesusahan hidup kita ini tidak akan berarti jika Allah lah yang menjadi sandaran hati hidup kita, kini dan selamanya.
Mungkin seperti itulah benang merah yang bisa saya tarik dari lagu Sandaran Hati.
Lagu yang ketiga berjudul Memiliki kehilangan, judul lagu ini sangat menggelitik hati saya, mari kita telaah bersama-sama lirik di bawah ini;
***
Tak mampu melepasnya walau sudah tak ada
Matimu tetap merasa masih memilikinya
Rasa kehilangan hanya akan ada
Jika kau pernah merasa memilikinya
Pernahkah kau mengira kalau dia kan sirna
Walau kau tak percaya dengan sepenuh jiwa
Rasa kehilangan hanya akan ada
Jika kau pernah merasa memilikinya
***
Lagu ini sangat syahdu mengalun, sangat memanjakan telinga dan suasana jika kita mendengarnya, terlebih saat malam hari tiba. Menurut saya poin penting dari lagu Memiliki kehilangan terdapat pada bait lirik; " Rasa kehilangan hanya akan ada, jika kau pernah merasa memilikinya". Hal ini mengajarkan kita tentang nilai yang teramat mahal, yaitu kita sebagai manusia sejatinya memang tak memiliki apa-apa, semua yang melekat pada diri kita adalah milik Allah sepenuhnya yang di titipkan kepada kita. Mata, telinga, mulut, tangan, jantung, hati, kaki kita adalah kepunyaan-Nya. Harta, tahta dan nyawa kita juga semua milik Allah Ta'alla. Lalu bagaimana mungkin kita merasa memiliki itu semua, kita hanya sekedar di titipi sementara, iya sementara. Jika kita di titipi maka tugas kita hanya satu, menjaga dan merawat titipan itu. Jika suatu saat titipan tersebut di ambil oleh "pemilik asli" nya, maka kita harus legowo mengembalikannya. Jangan pernah merasa memiliki apapun jika kita tak ingin merasakan apa yang namanya kehilangan, semakin kita merasa memiliki sesuatu maka potensi rasa kehilangannya pun semakin besar. Manusia hadir di dunia dengan keadaan telanjang, dan matinya pun hanya akan di balut kain selembar.
Dan lagu terakhir yang ingin saya coba gali maknannya adalah lagu berjudul Fatwa hati. Di republik ini mungkin hanya ada satu lembaga/ instansi yang boleh mengeluarkan fatwa yaitu MUI (Majelis Ulama Indonesia) namun di lagu ini hati juga boleh berfatwa bahkan harus. Mari kita pahami lirik Fatwa hati berikut ini;
****
Sebelum tiba waktu senja
Ku genggam tanganmu dan bertanya
Apakah bisa kau membawa
Rasa yang engkau punya selamanya
Reff
Tentang kita dan tentang cinta
Tentang janji yang kau bawa
Jika nanti saat kau sendiri
Temukan ku di fatwa hatimu
-
Kan datang waktu di hari nanti
Saat kau merasa tak menentu
Jangan kau bimbang pada waktu
Akan ku ingatkan kepadamu
****
Jujur sampai sekarang, saya masih meraba-raba mencari makna apa yang terkandung di dalam lirik lagu Fatwa hati, liriknya begitu manis dan sedikit misterius bagi saya. Jika Sebelum cahaya adalah waktu malam hari, maka Fatwa hati ini settingnya pada sore hari alias senja. Jadi Fatwa hati dan Sebelum cahaya ada korelasinya, di mana Fatwa hati terjadi Sebelum cahaya. Sampai di sini, apakah masih bisa di pahami?? Oke begini maksud saya, jika Sebelum cahaya terdapat peristiwa Maha penting yaitu Isra' Miraj maka dalam Fatwa hati juga ada moment bersejarah di dalamnya. Moment tersebut adalah ketika Allah hendak mengangkat Muhammad menjadi rasul pada usia 40 tahun, menginjak usia senja beliau. Atas perintah Allah SWT, jibril di utus untuk menemui Muhammad di gua Hira' dan di berikanlah wahyu pertama kepada Muhammad yaitu Iqra'/ bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Surat Al Alaq ayat 1-5 menjadi wahyu sekaligus tugas pertama Muhammad mengemban tugas sebagai Rasul Allah. Tugas Rasul adalah menyampaikan kebenaran dan memberi peringatan kepada seluruh umat manusia, dan hal ini bukanlah perkara mudah pada jaman jahiliyah dulu. Rasul berdakwah secara sembunyi dan terang-terangan. Berbagai hinaan, pelecehan bahkan ancaman pembunuhan kerap di terima Rasul saat beliau berdakwah. Tentu beliau juga merasa ragu, cemas dan takut, dengan reaksi umat pada saat itu. Maka Allah meyakinkan beliau agar tak ragu untuk terus mendakwahkan ajaran islam dan kebenaran, temukan Aku (Allah) dalam fatwa hatimu, sebab Allah akan selalu mendampingi sampai tugas kerasulannya selesai.
Demikianlah, yang bisa saya gali dan saya sampaikan perihal makna dan nilai yang terkandung dalam beberapa nomor lagu karya Letto. Mohon maaf jika saya lancang, banyak kekurangan dan kesalahan, sebab ini hanya sebatas pemikiran saya yang awam, bodoh dan fakir ilmu. Dan semoga sekelumit tulisan ini bisa memberi sedikit manfaat terutama buat saya pribadi dan teman-teman yang berkenan membacanya.
Salam hormat saya kepada mas Noe dan band Letto, terimakasih atas nilai dan ilmunya, tak lupa juga salam hormat dan cinta saya kepada Ayahanda Emha Ainun Nadjib atas segala inspirasinya.
Wassalam
@MuhammadonaSetiawan
Selasa, 10 November 2015
Esai - "Belajar Dari Rendra"
" Belajar dari Rendra "
Mungkin tak banyak yang tahu, jika 80 tahun silam di atas bumi Nusantara ini, telah lahir seorang figur bertalenta besar. Terlahir dengan nama Willibrordus Surendra Broto atau lebih dikenal dengan nama WS Rendra. Seniman kelahiran Solo, 07 November 1935 ini terlahir sebagai penganut Katholik.
WS Rendra yang juga di juluki si 'Burung Merak' memutuskan menjadi mualaf dan menghabiskan sisa hidupnya sebagai seorang muslim.
Rendra banyak mengenal Islam dari istrinya tercinta, seorang putri Keraton Prabuningratan, Nyai Sitoresmi Prabuningrat, hingga akhirnya Ia mengucap dua kalimat syahadat.
" Sebagai seorang penyair, Rendra memiliki cara pandang yang luas mengenai agama. Ia begitu cerdas dan tidak terkungkung oleh teks dalam mendiskripsikannya.
Rendra juga tak memahami agama sebagai sebuah simbolisasi. Baginya, Islam adalah rahmat sekalian alam (Rahmatan lil'alamiin). Tidak pernah mengecilkan suatu hal yang sekecil apapun.
Rendra adalah sastrawan besar milik bangsa ini, tapi Ia sosok yang kecil, menyerah, tulus dan ikhlas ketika harus berhadapan dengan garis Illahi.
"Keberaniannya seketika hilang, dalam kesendiriannya saat berhadapan dengan Tuhan."
Suatu hari Rendra pernah berbicara kepada salah satu sahabat dekatnya; Eep Saefullah Fatah, bahwa dirinya telah 'bertemu' dengan Tuhan. Kejadian itu terjadi saat Rendra menjalani ibadah haji.
Saat menjalankan ibadah haji, dia merasa setiap kali minum air atau apa saja yang diminumnya, bahkan air zam-zam sekali pun, dia merasa seperti meminum minuman keras, Chevas Regal yang merupakan minuman favoritnya. Kebingungan pun menyelimuti Rendra. Akhirnya, kejadian aneh itu baru selesai saat dia usai menjalani ibadah haji, dan dalam penerbangan dari Jeddah ke Amsterdam, Belanda.
" Saat diberikan air putih di dalam pesawat, Rendra dengan lirih berdoa dan memohon kepada Allah untuk selesai menghukumnya. Kemudian, dia meminum air putih tersebut dan akhirnya merasakan rasa air putih yang sesungguhnya. Dia pun mengucap asma Allah dengan lantang hingga membuat satu pesawat terkejut akan teriakannya. Dari kejadian itu, dia berjanji untuk tidak menengguk kembali minuman keras. Itulah bagaimana cara Rendra mendefinisikan 'bertemu' Tuhan."
Bahkan karya terakhirnya pun sangat religius dan mendalam. Puisi tersebut menyampaikan bagaimana seorang hamba yang pasrah dan ingin kembali kepada penciptanya.
Puisi tersebut dibuat pada 31 Juli 2009, enam hari sebelum Rendra berpulang pada 6 Agustus 2009.
Berikut petikan puisi terakhir Rendra.
Aku lemas
Tapi berdaya...
Aku tidak sambat rasa sakit
atau gatal
Aku ingin makan tajin
Aku tidak pernah sesak nafas
Tapi tubuhku tidak memuaskan
untuk punya posisi yang ideal dan wajar
Aku ingin membersihkan tubuhku
dari racun kimiawi
Aku ingin kembali pada jalan alam
Aku ingin meningkatkan pengabdian
kepada Allah
Tuhan, aku cinta padamu.
" Terimakasih bung, atas keberanian dan kepasrahan yang tlah kau ajarkan kepada kami."
Salam damai
@MuhammadonaSetiawan
Senin, 09 November 2015
Esai - "Menyempurnakan Keikhlasan"
" Menyempurnakan Keikhlasan "
Ada seorang Kakek berjalan di tengah pasar dengan membawa koper berukuran cukup besar dan sedikit kumal. Ia berjalan pelan dan sangat hati-hati sebab tanah di area pasar licin usai di guyur hujan semalaman.
Sang kakek memakai baju batik sederhana, celana panjang hitam dan sepatu kulit hitam pula. Dan saking licinnya tanah atau dasar ketiban sial, sang kakek terpeleset dan tas kopernya pun jatuh, terbuka, dan isinya terhambur keluar.
Isi koper kumal itu ternyata beratus-ratus lembaran uang lima ribuan.
Tanpa sadar orang-orang yang lalu lalang di pasar dan para pedagang di sekitar situ langsung menyerbu dan memunguti lembaran-lembaran uang yang berhamburan itu.
Si kakek setengah teriak-teriak dan mengaduh.
Kemudian ia menangis sejadinya dan menutupi mukanya. “Uang saya di ambil orang! Uang saya di kroyok orang...”, sambatnya.
Tidak ada orang yang memperhatikan dan mempedulikannya, sampai akhirnya tak ada orang tahu kemana sang Kakek menghilang.
Ternyata sang Kakek sengaja. Ia ingin beramal, tapi jangan sampai ketahuan kalau beramal. Ia 'etok-etok' menangis dan eman uangnya hilang, agar tak seorang pun menyangka bahwa sebenarnya ia sengaja melakukan itu. Ia ingin menyempurnakan keikhlasannya.
Sang kakek yang saya ceritakan ini sangat tinggi derajatnya di mata Allah dan beda jauh dengan saya, jauh sekali.
Level saya masih pada strata 'sinau' keikhlasan, berusaha selalu memberi 'sesuatu' yang baik. Celakanya, memberi/ membagi 'sesuatu' itu tidak mungkin dengan menyembunyikannya, melainkan justru harus memperlihatkannya.
Maka maafkanlah saya.., maklumi saya..,, doa yang 'pantas' saya panjatkan adalah; Ya Allah, Ya Ghaffaar.., nilailah apa saja yang saya lakukan ini sebagai riya’ dan sombong, sehingga Engkau membatalkan ganjaranMu atasku. Karena dengan tiadanya tabungan pahala itu insyaAlloh saya menjadi lebih bersemangat untuk tetap terus mencoba menabung pahala, kebaikan dan kemuliaan.."
@MuhammadonaSetiawan
Minggu, 08 November 2015
Cerpen - " Sweet Seventy Walang Kekek "
" Sweet Seventy Walang Kekek "
Haru, ya perasaan itu yang mendadak menyeruak dalam bathin saya. Sekujur tubuh ini merinding, ketika saya menyalami dan menciumi punggung telapak tangannya berulang kali. Sesaat kemudian saya di persilakan duduk di sofa, bola mata saya berkaca sembari menepuk-nepuk pipi kanan-kiri, seolah masih tak percaya jika hari ini saya bisa bertemu, bertatap muka langsung dengan seorang legenda.
Tepatnya kemarin petang sekitar pukul 15.00 WIB, saya sowan silaturahim ke dalemipun Eyang Waldjinah di daerah Mangkuyudan, Solo. Tujuan saya kesana adalah untuk memberi ucapan selamat ulang tahun kagem Eyang, dimana pada hari sabtu tanggal 07 November 2015 kemarin, sang 'ratu' keroncong itu genap berusia 70 tahun. Tak lupa, saya bawakan sekotak 'oleh-oleh' sebagai kado rasa terimakasih dan cinta saya kepada beliau.
Sore itu, Eyang mengenakan daster motif bunga sederhana, seraya menyambut saya dengan senyum ramah. Di temani salah satu putranya; Mas Ari, kami bertiga langsung berbincang akrab dan hangat.
" Eyang apa kabar?"
" Alhamdulillah sehat, baik, adik dari mana?"
"Saya saking Sragen Eyang, ngapunten sudah ganggu istirahat Eyang."
" Ora opo-opo, makasih dah mau kesini."
" Ngapunten, Eyang ketingale agak kurusan njeh?"
" Iya, wolong sasi ndak doyan mangan, sampek di infus barang (sambil menyodorkan lengan kirinya ke arah saya)
Kemudian mas Ari menjelaskan, jika selama kurun 8 bulan, kesehatan Eyang turun drastis. Beliau ndak doyan makan, harus rajin minum obat dan kontrol rutin ke Dokter. Dan itulah yang menyebabkan Eyang tampak kuru sekarang.
"Tapi Alhamdulillah wis sehat kok, sitik-sitik gelem mangan (celetuk Eyang dengan nada sumringah)
...kami spontan tertawa....
Saya memang cukup kaget melihat kondisi Eyang yang sekarang. Tak di pungkiri usianya kini memang sudah 'senja', kulit wajahnya tampak keriput dan empuk, rambutnya hampir memutih semua, bicaranya pun pelan dan terbata. Namun ada satu yang tetap tidak berubah dari diri Eyang, yaitu keramahan dan guyon nya. Saat beliau bertutur, selalu saja ada hal yang menggelitik dan mengundang tawa bagi orang yang mendengarnya. Sungguh sang 'ratu' yang humble dan patut untuk kita teladani bersama.
Terus saya ngguyoni;
"Eyang masih saget nembang?"
"Yo iso tapi alon-alon, ora iso mbengok."
" Hehee.., kita duet sedikit lagu Walang kekek bisa Eyang?"
Dan kita berdua pun bersautan menyanyikan beberapa bait lirik tembang "Walang kekek"
* Walang kekek menclok ning tenggok
Mabur maneh menclok ning pari
Ojo ngenyek yo mas karo wong wedok
Yen di tinggal lungo setengah mati
E ya iyo ya iya e ya iyo yae yae o e yae o
Omah gendéng yo mas tak saponane
Abot enteng tak lakonane...
Usai bernyanyi, tak terasa pelupuk mata saya sudah basah dengan sendirinya. Suara Eyang itu memang 'emas', sudah indah dari 'sononya'. Terimakasih Eyang sudah mau nyanyi bareng njeh, puji saya.
Oh ya, sejenak saya keluar mengambil sesuatu di motor. Saya sengaja membawakan seporsi serabi Notosuman, spesial buat Eyang. Dan Alamdulillah kata mas Ari, Eyang masih di perbolehkan untuk makan yang manis-manis, pantangannya cuma satu; ndak boleh makan pedes.
Mas Ari juga menyampaikan kepada saya, bahwa saat ini Ia sedang menjalin komunikasi dengan pihak Dinas Pendidikan terkait serta anggota DPRD kota Surakarta untuk berupaya bersama-sama melestarikan seni budaya lokal khususnya seni musik keroncong dan langgam jawa. Mas Ari juga berharap agar pemerintah setempat membuat sebuah fasilitas publik yang bersifat fisik dan non fisik yang mana kontennya berisikan informasi, pustaka/ koleksi dan juga edukasi. Sehingga masyarakat luas bisa mengenal, tahu dan 'sinau' tentang apa itu seni keroncong, langgam, gamelan dan seni budaya lokal lainnya beserta para pelaku seninya. Mas Ari juga bercita-cita dan terus memperjuangkan agar seni keroncong bisa 'masuk' ke dalam sekolah-sekolah untuk menjadi ekstra kurikuler/ muatan lokal.
Saya sangat antusias mendengar cerita dari mas Ari dan turut mengaminkannya. Para generasi bangsa memang harus di kenalkan pada budaya lokal yang aseli Indonesia. Jangan hanya di cekoki dengan seni modern atau 'barang' impor saja. Jangan bangga jika fasih menyanyikan lagu bahasa Inggris akan tetapi di suruh nyanyi tembang jawa malah meringis. Bukan berarti kita tidak 'open' pada musik luar, silakan saja untuk mendengar genre musik apapun, silakan juga kalau mau mengidolakan Metallica, Madonna, Katty Perry, Super Junior, Noah, Raisa dan artis-artis papan atas lainnya. Namun satu yang penting dan jangan di lupakan adalah kita mestinya juga harus mau belajar dan peduli untuk 'nguri-uri' seni budaya lokal aseli, karena kalau bukan kita siapa lagi. Seyogianya kita lebih bangga dan mengidolakan seorang seniman lokal seperti; Gesang, Manthous, Waldjinah dan nama besar lainnya. Jangan sampai 'kasus' Reog Ponorogo terulang lagi. Kita baru ribut dan mencak-mencak ketika ada negara lain yang mengklaim seni musik keroncong adalah warisan budaya mereka, namun di sisi lain kita yang memilikinya justru bersikap apatis dan masa bodoh. Jangan sampai itu terjadi!
Dan di akhir pertemuan singkat nan mengesankan itu, saya meminta 'hadiah' kepada Eyang untuk berfoto bersama sebagai kenang-kenangan yang tak kan terlupakan selamanya. Sepindah maleh kulo ucapaken; sugeng enggal warso Eyang Waldjinah yang ke-70, mugi-mugi tansah di paringi kesarasan lan kebahagiaan fidunya-akherat. Matursuwun sanget atas segala karya cinta, keindahan dan kesyahduan yang telah Eyang persembahkan untuk negeri ini selama setengah abad lebih. Semoga Allah senantiasa membalas dengan kebaikan cinta-Nya pula, Amiin.
We love u Eyang
Cucumu
@MuhammadonaSetiawan
Jumat, 06 November 2015
Sajak - "Sajak Asmara"
" Sajak Asmara "
Kau adalah kembang yang harus ku tanam |
Dan kau keharuman yang mesti ku cium dalam-dalam, sendirian |
Kau adalah puisi yang mesti ku rangkai |
Dan kau keindahan yang mesti ku bingkai, sendirian |
Kau adalah perahu yang sedang ku dayung |
Dan kau bentang lautan yang sedang ku arung, sendirian |
Merindumu adalah hobi keduaku, yang pertama mencintaimu |
@Muhammadona
Minggu, 01 November 2015
Esai - " Pada Akhirnya "
" Pada Akhirnya "
Sekarang ini banyak terjadi di masyarakat kita, baik di kehidupan nyata maupun maya (media sosial), orang gemar sekali mencaci maki orang lain, menuduh golongan lain sesat, kafir, dan mesti di hanguskan dari muka bumi. Padahal manusia tidak punya hak menghakimi dan mengadili sesama manusia. Tidak ada garansi apapun, bagi si penuduh atau tertuduh apakah ia sesat apa tidak, kafir atau tidak. Yang ada hanya upaya berikut doa untuk sama-sama menjauh dari kesesatan, bersama menuju kelurusan.
Tahukah kenapa damai-sejahtera minggat dari bumi kita?
Sadarkah mengapa kegelapan yang kini justru menyelubungi negeri kita?
Simpel saja: karena kita bangsa yang ciut, kita adalah bangsa yang kecut akan perbedaan!
Perkataanku ini mungkin tak enak terdengar oleh sebagian kecil orang, sebagian besar atau bahkan keseluruhan.
Tapi maaf dengan segala hormat, tetap akan aku tuturkan;
Kita akui perbedaan hanya sebatas tontonan saja,
Berbeda mata menyandra kita
Berbeda warna membelah kita
Berbeda rambut mencerabut kita
Berbeda pendapat menyayat kita
Berbeda agama membuat kita porak poranda
Dan sampai berbeda kelamin pun meresahkan kita!
Kita berdebat kusir pada sesuatu yang murah, remah-remah, bau sampah!
Kita bersitegang untuk hal-hal yang sepele, bertele-tele, cece-reye
Kita enggan menyelam di kedalaman!
Kawan, aku tak takut berbeda, tidak benci perbedaan!
Aku tak takut dengan berbedanya kalian dari aku, karena sebagianku adalah kalian, sebagian kalian adalah aku.
Mari kita hadirkan kegembiraan dalam keberagaman.
Kita lebur warna, budaya, bangsa, impian, pemikiran, dan keyakinan agar tiada lagi yang kasat mata di antara kita, kecuali manusia!
Pada akhirnya hanya satu yang akan dikenang dan abadi di hati, yaitu kontribusi nyata kita untuk ilmu dan umat; bukan caci-maki, fitnah, benci, kafir-mengkafirkan, bid'ah -membid'ahkan dan perselingkuhan dengan penguasa untuk membungkam mereka yang berbeda. Jangan mengaku manusia jika masih menyakiti manusia. Jangan ngaku beragama jika masih mengutuk agama yang lainnya. Kita semua akan dihakimi oleh sejarah peradaban umat sebelum kelak akan benar-benar berhadapan dengan Sang Maha Hakim sebenarnya.
Teruslah berkarya, mencintai dan mengabdi pada ilmu dan umat raya!
@MuhammadonaSetiawan
Langganan:
Postingan (Atom)