Senin, 16 November 2015

Esai - " Sinau Lirik Letto "


" Sinau Lirik Letto "



Setiap mendengar lagu-lagu dari band Letto, entah kenapa selalu membuatku mengernyitkan dahi dan diam sejenak. Kernyitan dahiku adalah bentuk rasa heran dan ketidakfahamanku serta diamku adalah berfikir, mencoba memahami apa maksud dari setiap baris lirik yang tertulis. Buat saya memang tidak cukup sekali mendengar lagu Letto agar saya bisa tahu makna apa yang terkandung di dalamnya, perlu mendengar berulang-ulang kali agar saya mampu mencernanya, minimal itu versi saya. Itu semua tidak lepas dari seorang lelaki genius yang paling berperan dalam membuat lagu dan menulis lirik di hampir semua lagu karya Letto selama ini. Dialah Sabrang Mowo Damar Panuluh atau kita lebih mengenalnya dengan nama Noe Letto sang vocalis band asal Jogja tersebut.
Kepiawaian Noe dalam menulis lirik lagu memang sudah tidak di ragukan lagi, selain ia mengenyam dan lulus pendidikan perguruan tinggi di Canada, Noe lahir dan tumbuh di lingkungan keluarga yang agamis, berbudaya dan berintelektual tinggi. Seperti kita ketahui bersama di mana ayahanda Noe adalah seorang budayawan besar di Indonesia sekaligus sang kyai walaupun beliau tidak mau di sebut kyai. Emha Ainun Nadjib atau yang akrab di sapa Cak Nun sebagai seorang ayah telah mewarisi darah seni pada sang anak dan menularkan kecerdasan logika, kepekaan rasa dan nilai sosial.
Hampir semua lagu-lagu letto tersaji indah dan sarat makna. Ada beberapa nomor yang saya suka, baik dari sisi aransemen nada maupun bait lirik-liriknya, di antaranya; Sebelum cahaya, Sandaran hati, Memiliki kehilangan dan Fatwa hati. Tak di pungkiri memang jika sebuah lagu adalah bahasa yang universal, tidak ada ketentuan baku untuk menginterpretasikannya, setiap orang berhak untuk menilai dengan cara pandang mereka masing-masing. Begitu juga saya, di sini saya akan mencoba bertindak sebagai penikmat dan pelaku musik, saya akan coba memaparkan apa yang bisa saya tangkap di balik lirik lagu-lagu Letto versi kacamata saya pribadi.
Yang pertama adalah nomor Sebelum Cahaya, melihat judul lagu ini saja kita sudah di "paksa" untuk berfikir, ada dua kata pada judul di atas; sebelum dan cahaya, kata sebelum mungkin mudah untuk kita pahami tapi untuk kata cahaya, kita harus jeli menimbang-nimbang lagi, kata cahaya di atas mengandung banyak arti menurut saya, sebelum saya memaparkan makna lirik versi saya, mari kita baca dengan seksama penggalan lirik lagu "Sebelum cahaya" berikut ini;
*
Ku teringat hati yang bertabur mimpi, kemana kau pergi cinta
Perjalanan sunyi yang kau tempuh sendiri, kuatlah hati cinta
Reff
Ingatkah engkau kepada embun pagi bersahaja yang menemanimu sebelum cahaya
Ingatkah engkau kepada angin yang berhembus mesra
Yang kan membelaimu cinta

Kekuatan hati yang berpegang janji, genggamlah tanganku cinta
Ku takkan pergi meninggalkanmu sendiri, temani hatimu cinta
*
Menurut saya, lirik di atas menggambarkan tentang dialog antara dua kubu, yaitu Aku dan cinta, di mana Aku di sini sebagai Tuhan sedangkan cinta adalah makhluk yang di cintai Tuhan, lalu pertanyaannya adalah siapakah makhluk yang paling di cintai Tuhan?? Dan saya memilih satu nama yaitu baginda nabi besar Muhammad SAW sebagai makhluk yang paling di cintai oleh Allah SWT. Kemudian dalam sebuah malam Allah memperjalankan Baginda nabi dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa kemudian di naikkan menuju Sidratul Muntaha untuk mendapatkan wahyu langsung dari Allah tentang perintah sholat 5 waktu. Muhammad yang seorang manusia biasa tentu merasa takut saat perjalanan spiritual nan magis itu tapi Allah meyakinkan pada Nabi jika Dia (Allah) tidak akan membiarkan cinta-Nya sendiri, Dia kan selalu menemani perjalanannya. Jadi bisa saya simpulkan bahwa makna judul sebelum cahaya adalah sebuah malam buta sebelum munculnya cahaya yaitu sinar surya. Dan pada malam buta itu terjadi peristiwa maha penting ketika Rasul melakukan perjalanan sunyi yang kita kenal dengan istilah Isra' Miraj. Bagi saya sangat luar biasa makna yang tersirat dalam lirik lagu Sebelum cahaya.

Yang kedua adalah lagu berjudul Sandaran hati, kebanyakan dari kita jika bicara tentang sandaran hati atau sejenisnya maka kita selalu beranggapan jika yang di sebut sandaran hati adalah seorang kekasih hati atau pasangan hidup kita. Memang tidak ada yang salah dengan anggapan itu, namun lirik dalam lagu Sandaran hati dari Letto memiliki makna yang lebih dari itu, mari kita simak liriknya berikut ini;
**
Yakinkah ku berdiri di hampa tanpa tepi bolehkah aku mendengarmu
Terkubur dalam emosi tak bisa bersembunyi aku dan nafasku merindukanmu
Terpurukku di sini teraniaya sepi dan ku tahu pasti kau menemaniku
Dalam hidupku kesendirianku
Reff
Teringat ku teringat pada janjimu ku terikat hanya sekejap ku berdiri ku lakukan sepenuh hati
Peduli ku peduli siang dan malam yang berganti sedihku ini tak ada arti jika kaulah sandaran hati

Inikah yang kau mau benarkah ini jalanmu hanyalah engkau yang ku tuju
Pegang erat tanganku bimbing langkah kakiku aku hilang arah tanpa hadirmu
Dalam gelapnya malam hariku
**

Menurut saya lirik di atas lebih menjelaskan tentang seorang manusia sebagai hamba dan Allah sebagai Tuhan-Nya. Hidup di dunia ini tentu banyak lika-likunya, berbagai cobaan, ujian bahkan musibah seringkali menghampiri kita. Saat kita jatuh dan terpuruk dalam menjalani hidup maka hanya ada satu cara agar kita tetap bisa survive. Yaitu kembali mengingat, mengimani dan percaya bahwa tiada Tuhan selain Allah, Dialah yang menggenggam hidup, rezeki, jodoh dan mati kita. Kita ingat dan ikat hati kita dengan kalimat syahadat, lalu kita dirikan sholat pada siang dan malam dengan sepenuh hati sebagai bentuk penghambaan kita. Dan tak lupa terus berdoa memohon petunjuk agar langkah kaki kita di bimbing ke jalan lurus-Nya. Pada intinya segala kesedihan dan kesusahan hidup kita ini tidak akan berarti jika Allah lah yang menjadi sandaran hati hidup kita, kini dan selamanya.
Mungkin seperti itulah benang merah yang bisa saya tarik dari lagu Sandaran Hati.

Lagu yang ketiga berjudul Memiliki kehilangan, judul lagu ini sangat menggelitik hati saya, mari kita telaah bersama-sama lirik di bawah ini;
***
Tak mampu melepasnya walau sudah tak ada
Matimu tetap merasa masih memilikinya
Rasa kehilangan hanya akan ada
Jika kau pernah merasa memilikinya
Pernahkah kau mengira kalau dia kan sirna
Walau kau tak percaya dengan sepenuh jiwa
Rasa kehilangan hanya akan ada
Jika kau pernah merasa memilikinya
***

Lagu ini sangat syahdu mengalun, sangat memanjakan telinga dan suasana jika kita mendengarnya, terlebih saat malam hari tiba. Menurut saya poin penting dari lagu Memiliki kehilangan terdapat pada bait lirik; " Rasa kehilangan hanya akan ada, jika kau pernah merasa memilikinya". Hal ini mengajarkan kita tentang nilai yang teramat mahal, yaitu kita sebagai manusia sejatinya memang tak memiliki apa-apa, semua yang melekat pada diri kita adalah milik Allah sepenuhnya yang di titipkan kepada kita. Mata, telinga, mulut, tangan, jantung, hati, kaki kita adalah kepunyaan-Nya. Harta, tahta dan nyawa kita juga semua milik Allah Ta'alla. Lalu bagaimana mungkin kita merasa memiliki itu semua, kita hanya sekedar di titipi sementara, iya sementara. Jika kita di titipi maka tugas kita hanya satu, menjaga dan merawat titipan itu. Jika suatu saat titipan tersebut di ambil oleh "pemilik asli" nya, maka kita harus legowo mengembalikannya. Jangan pernah merasa memiliki apapun jika kita tak ingin merasakan apa yang namanya kehilangan, semakin kita merasa memiliki sesuatu maka potensi rasa kehilangannya pun semakin besar. Manusia hadir di dunia dengan keadaan telanjang, dan matinya pun hanya akan di balut kain selembar.

Dan lagu terakhir yang ingin saya coba gali maknannya adalah lagu berjudul Fatwa hati. Di republik ini mungkin hanya ada satu lembaga/ instansi yang boleh mengeluarkan fatwa yaitu MUI (Majelis Ulama Indonesia) namun di lagu ini hati juga boleh berfatwa bahkan harus. Mari kita pahami lirik Fatwa hati berikut ini;
****
Sebelum tiba waktu senja
Ku genggam tanganmu dan bertanya
Apakah bisa kau membawa
Rasa yang engkau punya selamanya
Reff
Tentang kita dan tentang cinta
Tentang janji yang kau bawa
Jika nanti saat kau sendiri
Temukan ku di fatwa hatimu
-
Kan datang waktu di hari nanti
Saat kau merasa tak menentu
Jangan kau bimbang pada waktu
Akan ku ingatkan kepadamu
****
Jujur sampai sekarang, saya masih meraba-raba mencari makna apa yang terkandung di dalam lirik lagu Fatwa hati, liriknya begitu manis dan sedikit misterius bagi saya. Jika Sebelum cahaya adalah waktu malam hari, maka Fatwa hati ini settingnya pada sore hari alias senja. Jadi Fatwa hati dan Sebelum cahaya ada korelasinya, di mana Fatwa hati terjadi Sebelum cahaya. Sampai di sini, apakah masih bisa di pahami?? Oke begini maksud saya, jika Sebelum cahaya terdapat peristiwa Maha penting yaitu Isra' Miraj maka dalam Fatwa hati juga ada moment bersejarah di dalamnya. Moment tersebut adalah ketika Allah hendak mengangkat Muhammad menjadi rasul pada usia 40 tahun, menginjak usia senja beliau. Atas perintah Allah SWT, jibril di utus untuk menemui Muhammad di gua Hira' dan di berikanlah wahyu pertama kepada Muhammad yaitu Iqra'/ bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Surat Al Alaq ayat 1-5 menjadi wahyu sekaligus tugas pertama Muhammad mengemban tugas sebagai Rasul Allah. Tugas Rasul adalah menyampaikan kebenaran dan memberi peringatan kepada seluruh umat manusia, dan hal ini bukanlah perkara mudah pada jaman jahiliyah dulu. Rasul berdakwah secara sembunyi dan terang-terangan. Berbagai hinaan, pelecehan bahkan ancaman pembunuhan kerap di terima Rasul saat beliau berdakwah. Tentu beliau juga merasa ragu, cemas dan takut, dengan reaksi umat pada saat itu. Maka Allah meyakinkan beliau agar tak ragu untuk terus mendakwahkan ajaran islam dan kebenaran, temukan Aku (Allah) dalam fatwa hatimu, sebab Allah akan selalu mendampingi sampai tugas kerasulannya selesai.

Demikianlah, yang bisa saya gali dan saya sampaikan perihal makna dan nilai yang terkandung dalam beberapa nomor lagu karya Letto. Mohon maaf jika saya lancang, banyak kekurangan dan kesalahan, sebab ini hanya sebatas pemikiran saya yang awam, bodoh dan fakir ilmu. Dan semoga sekelumit tulisan ini bisa memberi sedikit manfaat terutama buat saya pribadi dan teman-teman yang berkenan membacanya.
Salam hormat saya kepada mas Noe dan band Letto, terimakasih atas nilai dan ilmunya, tak lupa juga salam hormat dan cinta saya kepada Ayahanda Emha Ainun Nadjib atas segala inspirasinya.

Wassalam



@MuhammadonaSetiawan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar