Sebelumnya mohon maaf dengan sangat. Mungkin dari sekian banyak ibadah kita selama di dunia, baik ibadah mahdoh maupun muamalah, tak ada satupun yang bisa kita andalkan saat menghadap sang Rabb' di yaumil akhir sana. Kalau misalkan ada tolong sebutkan! Syahadat kita? Coba kita tanya pada diri kita masing-masing, apakah syahadat kita sudah benar-benar meyakini bahwa Tuhan kita adalah Allah Ta'alla saja, atau ada "tuhan-tuhan" yang lain yang secara tidak sadar justru kita tuhankan. Sebab di Republik ini banyak sekali sesuatu yang telah di jadikan "tuhan", seperti; uang, jabatan, kekuasaan dan sebagainya. Sekali lagi tanyakan pada hati nurani kita yang paling dalam, masih adakah sesuatu selain Allah yang kita tuhankan dalam kalbu kita. Jangan sampai kalimat syahadat hanya di lisan saja tanpa di hayati dan di implementasi dalam kehidupan kita nyata sehari-hari.
Kemudian apakah kita juga benar telah mengakui bahwa nabi Muhammad SAW adalah rasul utusan Allah?' jika kita sudah mengakui bahwa Muhammad rasulullah lalu apakah kita juga sedia mengikuti suri tauladannya?" Pada kenyataannya kita memang rajin bersholawat kepada baginda nabi namun kita enggan mencontoh perilaku arif beliau. Hanya sekedar membaca dan mendengar tentang riwayat kehidupan beliau namun ogah untuk mempraktekkannya dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam menyampaikan dakwah agama, cara nabi adalah mengajak umat untuk mengenal islam dan menjalankan syariatnya. Yang namanya mengajak itu dengan cara santun dan damai tanpa paksaan. Beda dengan orang sekarang, mereka tidak mengajak umat untuk berislam tapi mengejek kepercayaan lain agar mereka mau masuk islam. Ini kan intoleran dan bertolak belakang dengan caranya kanjeng nabi. Muhammad di utus dengan membawa panji rahmatan lil'alamin, Ia menjadi rahmat dan cahaya bagi semesta maka segala sesuatu yang kita perbuat hendaknya meniru apa yang di ajarkan Nabi.
Kemudian soal sholat? Apakah sholat yang kita kerjakan selama ini benar-benar sudah khusyu' dan tawadhuk? Apakah saat sholat pikiran kita sudah terlepas dari dunia, dan hati kita hanya mengingat dan menghadap Allah azza wa jaala. Ataukah hanya raga kita yang jengkang-jengking melakukan gerakan sholat namun pikiran dan hati kita melayang kemana-mana. Mikirin makan, mikir utang, mikir motor di parkiran dan entah mikir apalagi. Atau mungkin juga sholat kita hanya sebatas untuk menggugurkan kewajiban saja, yang penting kan sholat, urusan khusyuk tidaknya itu belakangan. Sholat hanya di anggap sebagai rutinitas sehari-hari bukan di jadikan sebuah kewajiban sekaligus kebutuhan kita sebagai manusia dan hamba. Allah sama sekali tidak butuh ibadah kita, tapi kita yang butuh DIA, butuh sekali sebab kita tidak bisa berbuat apa-apa tanpa seizin-Nya. Kita juga tidak punya apa-apa jika tidak "di titipi" sama Allah. Jadi sudah baikkah sholat kita, hanya hati kecil kita sendiri yang mengetahuinya.
Lalu bagaimana dengan ibadah shaum kita? Allah hanya mewajibkan kita umat muslim untuk berpuasa sebulan penuh dalam kurun setahun sekali yaitu di bulan Ramadhan. Mungkin, untuk puasa wajib kita lancar-lancar saja, sebab puasa di bulan ramadhan itu seru, banyak temannya dan saat berbuka banyak sekali menu takjil yang menggugah selera. Hal ini pun menjadi daya tarik tersendiri bagi sebagian besar masyarakat muslim kita. Namun ada juga yang berpuasa hanya karena merasa nggak enak sama teman/tetangga. Niat mereka berpuasa bukan karena Allah, tapi karena merasa nggak enak jika di di rasani sama orang lain; " jare wong islam kok gak poso". Jadi puasa model begini hanya akan mendapatkan lapar-dahaga saja. Tidak ada nilai ibadah yang di dapat jika niatnya bukan Lillahi ta'alla sebab pahala orang berpuasa, Allah sendirilah yang akan langsung memberinya. Ketika kita berpuasa berarti kita belajar "meniru" sifat-sifatnya Allah SWT. Allah tidak makan tidak minum, saat puasa kita juga tidak di bolehkan makan dan minum dari mulai fajar sampai waktu maghrib datang. Yang perlu tahu kita puasa atau tidak cukuplah Allah saja dan diri kita sendiri. Puasa itu "ibadah hati", tidak usah di perlihatkan, tidak perlu minta di hormati oleh siapapun. Banyak fenomena di sekitar kita yang salah kaprah, dimana saat masuk bulan Ramadhan, warung-warung makan dan restoran di anjurkan untuk tutup pada siang hari. Ini di tujukan sebagai salah satu bentuk "penghormatan" kepada mereka yang berpuasa. Hal ini justru terbalik, puasa itu kan ibadah maka saat kita beribadah mestinya kita yang harus berhati santun menghargai orang lain yang tidak berpuasa. Ingat, masyarakat kita bukan muslim semua lho, kalau warteg/resto di suruh tutup semua nanti mereka yang non muslim mau beli makan dimana? Nanti penjual nasi padang dan kawan-kawannya dapat penghasilan darimana. Apabila kita menghendaki para penjaja makanan agar tutup di siang hari, maka secara tidak langsung kita berusaha menghambat dan membatasi peluang rejeki yang akan mereka dapatkan. Jangan di pukul rata, menganggap semua orang di masyarakat kita menjalankan puasa, jauh lebih bijak apabila kita yang berpuasa ini menghormati mereka yang tidak berpuasa.
Selanjutnya tentang zakat, infak dan sodaqoh. Sudah ikhlaskah kita tiap kali kita mengeluarkan dana zakat dan sodaqoh. Apakah masih ada perasaan ngganjel ketika kita berzakat. Padahal jelas-jelas 2,5 % dari harta yang kita miliki adalah haknya kaum dhuafa. Ataukah kita gemar bersedekah hanya mengharap puja-puji oleh manusia, biar orang-orang awam mencap kita sebagai ahli sedekah, lalu banggalah kita. Begitu pun dengan ibadah haji yang kita tunaikan, apakah niat berhaji kita memang sungguh untuk menyempurnakan rukun islam dan memenuhi panggilan-Nya. Atau lebih mementingkan gelar haji semata, sehingga ketika kita keluar rumah orang-orang akan memanggil kita dengan sebutan pak Haji/ bu Haji dan merasa terhormatlah kita.
Sungguh menjijikkan jika seluruh bentuk ibadah kita selama ini hanya bersifat "seremonial" semata, tanpa memaknai makna dan hakikat ibadah yang sebenarnya. Maka ada satu hal yang InsyaAlloh bisa kita harapkan dan andalkan pada saat hari penghitungan amal di gelar. Satu hal tersebut adalah SYAFAAT dari Rasulullah Muhammad SAW. Manusia paling mulia, kekasih-Nya Allah Tuhan semesta. Syafaat adalah hak prerogatif untuk menawar nasib kita dihadapan Allah. Seumpama gaji kita hanya rata-rata 65 ribu per hari, tetapi naik turunnya ekonomi nafkah kita itu bisa sangat dipengaruhi oleh fluktuasi "cinta" kita kepada Baginda Nabi. Jadi syafaat rasul adalah hak prerogatif Muhammad untuk meringankan keadaan kita di dunia maupun di akhirat, itu menyangkut keluarga kita, menyangkut nasib kita di akhirat, dan semuanya. Sehingga mari mulai dari sekarang dan jangan di tunda lagi untuk mencintai kanjeng Nabi, kita ikuti perangainya, kita teladani sifat-sifat arifnya. Kita haturkan sholawat-salam kemesraan baginya, semoga kanjeng Nabi berkenan menyambut segenap cinta kita, sehingga rasululullah tak tega jika tidak mengakui kita sebagai umat followernya dan intinya beliau bersedia memberikan syafaatnya bagi kita semua. Semoga
@MuhammadonaSetiawan