Iba bercampur salut, ketika melihat foto seorang bocah yang berusia kisaran 7 tahunan, bertelanjang dada sedang mengangkat tumpukan batu bata dengan penuh semangat dan peluh keringat. Iba pasti, karena bekerja seperti itu bukanlah pekerjaan yang layak bagi bocah seumuran dia. Namun juga salut jika ia rela bekerja demi untuk menyambung hidupnya. Entah apa yang ada di benak sang bocah tersebut, apakah ia benar-benar bekerja karena kemauan dia sendiri, atau orang tuanya lah yang menyuruh dia melakukan pekerjaan berat tersebut. Tentu belum waktunya jika seorang bocah 7 tahunan harus bekerja mencari rupiah, tugas anak tidak lain cuma satu yaitu bersekolah. Namun hal demikian nampaknya sudah tak asing lagi bagi kebanyakan kita, sebab hidup di jaman sekarang ini memanglah keras dan banyak tuntutan. Bahkan etika dan norma pun kadang sudah tak lagi di hiraukan apalagi kehidupan di kota-kota besar yang menuntut hidup lebih keras lagi, kalau istilah orang jawa " ora obah, ora mamah " yang artinya barang siapa yang tidak bergerak/ bekerja maka tak akan bisa makan dia.
Kembali lagi soal kisah bocah tangguh di atas, bagi saya ada pelajaran berharga yang bisa kita ambil dari fenomena tersebut. Yang pertama, jika seorang bocah saja sanggup bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya maka kita-kita yang merasa bukan bocah lagi atau telah dewasa, baik umur atau pikirannya maka akan malu rasanya jika kita tidak mau bekerja keras pula untuk bertahan hidup. Apapun bisa kita kerjakan kok untuk mendapatkan uang, semisal; berdagang, jadi tukang loper koran, jadi buruh serabutan, bisa juga buat kerajinan lalu di jual atau bahkan ngamen sekalipun tak jadi soal. Semua itu adalah cara-cara yang bisa kita lakukan untuk memperoleh uang dan penghasilan untuk memenuhi segala keperluan hidup kita sehari-sehari. Buang jauh-jauh rasa gengsi jika mau tetap hidup di jaman serba sulit sekarang ini, tidak ada pekerjaan rendahan, tidak ada pekerjaan kasar, semua pekerjaan baik asalkan di kerjakan dengan cara yang baik pula.
Pelajaran lain yang bisa kita ambil adalah mari kita sama-sama belajar menjadi manusia yang "peka", peka dalam banyak hal, peka dengan keadaan sekitar kita, peka dengan kondisi sosial masyarakat lingkungan kita. Manusia adalah makhluk sosial, yang sudah sewajarnya hidup berdampingan satu sama lain yang sama-sama saling membutuhkan. Penjual butuh pembeli, guru butuh murid, dokter butuh pasien, bos butuh karyawan dan begitu juga sebaliknya. Maka dari itu jadilah penjual dan pembeli yang baik, jadilah guru dan murid yang jujur, jadilah dokter dan pasien yang santun, jadilah bos dan karyawan yang berdedikasi. Ingatlah bahwa semua itu saling membutuhkan. Tidak ada yang kuat atau lemah, tidak ada yang tinggi atau rendah. Semua menjadi sama dan setara di dalam perannya masing-masing. Mengutip pesan Nabi bahwa sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang paling bermanfaat untuk sesama manusia. Maka sudah selayaknya siapa dari kita yang lebih berkewajiban membantu yang kekurangan. Yang kaya memberi kepada si miskin, yang pandai berbagi kepada yang fakir ilmu, yang kuat menguatkan yang lemah dan lain sebagainya. Sehingga akan tercipta suasana hidup yang aman, nyaman, seimbang dan bahagia di lingkungan masyarakat kita. Semoga
Bekasi, 13 Juni 2015
Oleh
@MuhammadonaSetiawan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar